Berawal dari Dr. Wahidin
Soedirohoesodo yang merupakan pemuda tamatan STOVIA (School tot Opleiding
van Inlandsche Artsen) atau Sekolah Kedokteran Bumiputra, saat mengunjungi
Jakarta dan bertemu dengan para mahasiswa STOVIA.
Ia
melontarkan gagasan agar para mahasiswa segera mendirikan organisasi yang
bertujuan memajukan derajat bangsa. Kemudian bersama Dr. Sutomo dan para
mahasiswa STOVIA seperti Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji mereka mendirikan
Boedi Oetomo
pada hari Minggu tanggal 20 Mei 1908.
Boedi Utomo merupakan wujud dari
bangkitnya rasa semangat akan Persatuan dan Kesatuan juga tingginya
Nasionalisme terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, kini setiap tanggal
20 Mei selalu diperingati dengan hari Kebangkitan Nasional.
Kebangkitan Nasional merupakan
sebuah momen untuk memperingati semangat para pahlawan yang telah membela
Negara tercinta ini. Namun apakah hanya pada tanggal 20 Mei masyarakat
Indonesia mengingat akan tingginyaa rasa semangat Persatuan dan Kesatuan serta
Nasionalisme, tentunya tidak hanya satu hari saja. Harus setiap hari mengingat
akan betapa sulitnya pahlawan – pahlawan pendahulu kita untuk menciptakan
semangat Nasionalisme yang begitu tinggi agar senantiasa kita menghargai jerih
payah mereka dan menjunjung tinggi Nasionalisme.
Namun lihatlah realita yang terjadi banyak
pemuda yang tidak mengerti akan makna Kebangkitan Nasional yang sesungguhnya.
Tidak menghargai bagaimana jerih payah para pahlawan pendahulu kita yang telah
mengorbankan segenap jiwa dan raga untuk membela tanah air tercinta ini.
Melupakan sejarah yang telah memberikan kemerdekaan.
Bung Karno pernah berkata “Bangsa
yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya
sendiri”. Lantas bagaimana jika saat ini banyak pemuda yang notabene sebagai
generasi penerus bangsa banyak yang melupakan sejarah bangsanya sendiri. Hal
ini terlihat dari banyaknya kasus – kasus kejahatan yang dilakukan oleh pemuda,
seperti telah diberitakan oleh berbagai media televise dewasa ini.
Berbagai masalah kejahatan yang yang
dilakukan oleh para pemuda menjadi salah satu indikator bahwa Kebangkitan
Nasional yang selalu dikumandangkan pada tanggal 20 Mei hanya sebatas
seremonial semata. Peringatan upacara dan selesai begitu saja.
Anies Baswedan, rektor Universitas
Paramadina yang juga pendiri gerakan Indonesia Mengajar pernah mengatakan bahwa
anak muda adalah kunci perubahan sebuah bangsa. Pandji Pragiwaksono, seorang
aktivis yang juga stand-up comedian pernah pula berkata jika sebuah
negara bobrok, maka jangan tanyakan siapa penyebabnya, tapi tanyakan apa yang
diperbuat kalangan mudanya. Kedua pendapat ini menunjukkan bahwa pemuda adalah
harta terbesar bagi sebuah bangsa. Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh pemuda
bangsa itu sendiri.
Namun
apa jadinya jika pemuda negeri tercinta ini adalah biang dari kebobrokan yang
terjadi. Untuk itu perlu adanya kebijakan – kebijakan dari Pemerintah baik
daerah maupun pusat yang mendukung penuh terhadap segala bentuk kegiatan
kepemudaan yang bersifat membangun. Tidak hanya itu juga, perlu adanya
sosialisasi ataupun pelatihan – pelatihan yang bersifat membentuk pemuda yang
memiliki jiwa kepemimpinan yang nantinya akan menjadi penggerak bagi pemuda
lainnya.
Dibidang
pendidikan pun perlu adanya sebuah pembaruan yang menanamkan semangat cinta
tanah air lewat agen – agen pendidik seperti guru, dosen, atau pembimbing
belajar dengan cara memberikan
pengetahuan tentang sejarah bangsa, ideologi, tujuan, ataupun yang lainnya yang
bersifat mananamkan rasa cinta terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai
pemuda baiknya belajar untuk menjadi pemuda yang berguna dengan cara banyak
beribadah, mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa agar kita memiliki
akhlak yang mulia.
Tak
lupa pula perbanyak membaca buku. Karena buku merupakan sebuah alternatif
jendela untuk mengetahui perkembangan – perkembangan yang ada. Selain itu, buku
juga memberikan segudang pengetahuan yang berguna bagi kehidupan bermasyarakat.
Selain beribadah dan membaca buku, pemuda
harus peka terhadap lingkungan disekitar dengan segala bentuk perubahan.
Kepekaan tersebut akan membuat kita memiliki jiwa sosial yang tinggi.
Apabila
semuanya sudah dimiliki oleh pemuda, maka Kebangkitan Nasional hanya tinggal
selangkah untuk mencapainya. Dan tidak hanya menjadi seremonial semata yang
tiada arti setelahnya. Perubahan untuk Kebangkitan Nasional yang sesungguhnya
harus dimulai dari yang kecil dahulu. Karena perubahan besar berawal dari
perubahan yang kecil.
Oleh Erzal
Syahreza Aswir