Ribuan anggota Barisan Ansor Serbaguna (Baser) Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten dan Kota Blitar, Jawa Timur, berunjuk rasa dengan memadati jalan-jalan protokol di Blitar. Mereka meneriakkan penolakan terhadap bangkitnya komunis gaya baru (KGB), salah satunya ditandai dengan mendesak pemerintah meminta maaf atas tragedi 1965 lalu.
Aksi yang dijaga polisi dan TNI itu dilakukan bertepatan dengan momentum peristiwa pemberontakan G30S PKI. Akibat aksi tersebut, jalan protokol Sudanco Supriyadi Kota Blitar lumpuh total.
"Allahu Akbar. Pancasila Jaya, NKRI harga mati. Mereka yang melakukan kudeta dan melakukan kerusuhan kok pemerintah diminta minta maaf," pekik massa bersahut sahutan. Lagu Gugur Bunga dan Maju Tak Gentar diputar bergantian, Rabu (30/9).
Banser menduga KGB sudah ada dimana mana, berusaha menyusup ke semua lini sosial dan pemerintahan. Bahkan, kata Satkorcab Banser Kabupaten Blitar Imron Rosadi, tak terkecuali di TNI dan kepolisian.
"Kalau pemerintah diam saja, ini akan meletus menjadi perang sipil seperti peristiwa 1965 dan 1968," ucap Imron.
Banser NU mencurigai masuknya pekerja asal Negeri Tiongkok ke Indonesia sebagai upaya membangkitkan paham komunisme di Indonesia. “Kami akan bahu membahu bersama masyarakat lain untuk mengantisipasi terus masalah ini,” tambahnya.
Menurutnya, agakn terjadi gejolak jika Presiden Joko Widodo sampai memaafkan orang-orang eks PKI, kelompok yang dianggap pernah berupaya menggulingkan negara. "Presiden tidak layak memberi maaf kepada para pemberontak (PKI) negeri ini," tuturnya.
Dalam aksi yang melumpuhkan jalur lalu lintas, Banser secara simbolis membakar bendera merah palu dan arit (PKI). Dari Kantor Pemkab Blitar massa melakukan aksi jalan jauh ke kantor DPRD Kota Blitar dan Pemkot Blitar