Oleh : Tito Gustowo
Anak-anak merupakan generasi yang sangat berharga bagi
berlangsungnya sebuah peradaban bangsa dan sangat mempengaruhi bagaimana suatu
bangsa tersebut akan berlangsung di masa depan dalam mewujudkan suatu kejayaan
bangsa tersebut. Bahkan belakangan ini sering kita mendengar suatu istilah Indonesia Emas 2045,tentunya dalam
mewujudkan hal ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan begitu saja, hal
ini perlu mendapat perhatian utama dari berbagai pihak, mulai dari orang tua,
sekolah maupun pemerintah. Sebab tanpa perhatian yang tinggi, cita-cita
tersebut mungkin hanya akan menjadi sebuah isapan jempol belaka. Bahkan
perhatian tersebut pun harus dilaksanakn dengan sungguh-sungguh, tidak sekedar
hanya menitipkan anak ke sekolah formal, lembaga bimbel atau sejenisnya. Anak
juga harus membutuhkan suatu pendidikan moral yang baik. Karena tidak dapat
dipungkiri lagi, saat ini banyak orang yang sudah memiliki gelar akademis yang
berentet, kedudukan atau jabatan yang tinggi, namun sangat rendah moralnya.
Mereka yang sebagian besar merupakan orang-orang intelektual itu tidak
segan-segan melakukan korupsi, kolusi dan semacamnya, tentu hal ini merupakan
tamparan serius bagi bangsa ini.
Anak merupakan sebuah aset berharga yang tidak hanya
bagi orang tuanya, namun lebih-lebih menjadi penentu akan sebuah bangsa di masa
depan. Oleh karenanya anak tidak saja harus mendapatkan pendidikan umum formal
setinggi-tingginya, namun mereka pun harus mendapatkan pendidikan moral. Tidak
hanya itu, mereka pun harus dibekali dengan ilmu agama yang mumpuni sebagai
bekal kehidupannya, baik di dunia maupun sebagai bekal untuk kehidupan akhirat
kelak. Dalam hal ini keluarga menjadi salah satu pihak yang sangat menentukan
moral anak. Selain itu juga lingkungan masyarakat pun akan berperan membentuk
kepribadian dan moral dari anak itu sendiri. Dalam kehidupan seperti zaman
sekarang ini, sangat sulit untuk mendapatkan lingkungan yang baik untuk
menbentuk karakter dan moralitas yang luhur, banyak dari anak-anak yang salah
pergaulan justru menjadi beban keluarga bahkan menjadi sampah bagi masyarakat,
ha; ini tentu menjadi suatu permaslahan yang begitu sangat krusial dan mendasar
yang dapat menjadi penghalang terciptanya generasi emas penerus bangsa ini.
Oleh karenanya anak tidak hanya butuh pendidikan
formal sebagai pendukung karir dan masa depannya kelak, tetapi anak butuh suatu
wadah yang dapat membentuk karakter dan moral yang luhur. TPA dan Pondok
Pesantren merupakan sebuah wadah yang menjadi dapat pemecahan masalah di atas.
Dua wadah ini sebenarnya telah hadir dan sudah dikenal oleh masyarakat sejak
dahulu, namun masyarakat masih banyak yang ragu untuk menitipkan anaknya
disini. Banyak dari orang tua mengira bahwa TPA dan Ponpes adalah tempat yang
kuno, tidak zamani, bahkan sering di cap sebagai tempat pencetak
gembong-gembong teroris. Tak hanya itu, para orang tua pun sering mengira bahwa
TPA dan Ponpes hanyalah sebuah tempat yang tidak mengikuti perkembangan zaman,
dan sebagainya. Para orang tua, terutama di perkotaan, lebih memilih menitipkan
anaknya kepada guru-guru privat yang datang langsung ke rumah, baik guru
pengetahuan umum, teknologi ataupun guru-guru ngaji. Bahkan tidak jarang dari
mereka memilihkan pendidikan kepada anaknya dengan Home scholling. Pemahaman semacam ini telah menjadi wajar terutama di
kalangan masyarakat perkotaan yang identik dengan modernisasi, kecanggihan
teknologi dan sebaginya. Mereka tidak menginginkan anak-anaknya ketinggalan
zaman dan kuno. Padahal jika anak hanya diajarkan melalui guru privat atau pun Home Scholling, anak akan cenderung
kurang untuk dapat bersosialisasi dengan sekitarnya. Akibatnya, anak kurang
dapat mengembangkan kecerdasan emosionalnya, bahkan anak akan kehilangan
kemampuan kerjasama, menghargai teman, empati dan sebagainya. Di lain hal,
kecerdasan emosional sangatlah berpengaruh untuk kesuksesan anak di masa
depannya.
Selain kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual
sangatlah berpengaruh dalam pembentukan kepribadian, moral dan akhlaq bagi
anak. Ditambah lagi kecerdasan spiritual merupakan benteng bagi seseorang dalam
mengaruhi kerasnya kehidupan di masa depannya. Kecerdasan ini sangat
memengaruhi kecerdasan emosionalnya, dan kecerdasan emosional inilah yang dapat
menghantarkan seseorang kepada kesuksesan dunia dan akhirat, selain dibutuhkan
pula kecerdasan intelektualnya. Dalam memenuhi kebutuhan akan ketiga kecerdasan
itu tidaklah mudah, anak harus mendapatkan perhatian yang sangat serius, hal
ini tidak mungkin dicapai orang tua dengan maksimal tanpa bantuan dari berbagai
pihak atau lembaga lain.
Dari pemaparan masalah di atas, TPA dan Ponpes
merupakan sebuah wadah yang dapat mengembangkan ketiga kecerdasan di atas
kepada para santri-santrinya. Di pondok pesantren santri tidak hanya dibekali
ilmu-ilmu agama yang matang, namun beberapa pondok pun telah mengadakan
pendidikan umum dan keterampilan lain. Disana juga sangat memperhatikan masalah
moral dan akhlaq santri-santrinya. Dengan kata lain, Pondok Pesantren merupakan
wadah yang sangat tepat bagi pendidikan anak. Pondok pesantren memiliki
segudang sarana dan prasarana yang dapat menunjang ketiga kecerdasan tersebut.
Oleh karenanya Ponpes mampu menjadikan santri-santrinya untuk tidak hanya
cerdas dalam hal intelektual saja, namun lebih mengutamakan kecerdasan emosional
dan spiritual santri-santrinya, sehingga cita-cita bangsa Indonesia untuk
mencetak generasi yang tangguh dan mumpuni dalam berbagai hal untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 mudah-mudahan dapat tercapai. Aamiiin...