KMNU-UNILA.Org : Menebar Dakwah Ahlussunnah Waljama'ah Annahdliyah

Berita KMNU

Info NU

Aswaja

Kegiatan Organisasi

Kairo (Kalam Indah Romadhon)

Saturday, May 10, 2025

Mahasiswa NU: Dari Kampus, Membangun Nurani Mahasiswa

 



Biasanya, mahasiswa yang mempunyai ideologi yang mengarah ke pemikiran tauhid Imam Asy'ari dan Imam Maturidi akan membentuk sebuah jalan perjuangan di Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU). Bahkan, KMNU hingga kini tetap eksis mempertahankan peran sebagai penjaga gawang dalam menangkis paham trans nasional yang terus semakin aktif menjangkit generasi muda khususnya di lingkup dunia pendidikan. KMNU hari ini tidak hanya eksis dibidang keagamaan, tapi juga turut berperan dan ambil bagian dalam membentuk generasi muda yang berjiwa nasionalis dan agamis. Tidak hanya aktif di ranah internal, tapi juga aktif dan eksis di ranah global dan go internasional. Terbukti dengan munculnya sekelompok unit mahasiswa yang mendeklarasikan komunitasnya sebagai bagian daripada mahasiswa Nahdlatul Ulama (NU). Sebut saja KMNU Jepang contohnya.


Bertumbuh di negeri matahari terbit, deklarasi KMNU ini sebagai ungkapan dan sebuah tanda awal untuk menancapkan pengaruhnya di negeri sakura. Bukan tak mungkin, esok, lusa, ataupun beberapa waktu kedepan banyak ditemui mahasiswa NU yang bergerilya menimba ilmu di negeri orang. Tentu, percaturan dalam perebutan pengaruh akan menghasilkan mata rantai kaderisasi yang berkelanjutan. Kader-kader NU di luar negeri akan semakin bertambah mengingat banyak sekali program dari pemerintah ataupun dari PBNU mengirim putra putri terbaiknya untuk menimba ilmu di luar negeri. Sebut saja Maroko, Jepang, Mesir, dan sebagainya sebagai tujuan pendistribusian mahasiswa. Kader-kader NU secara realita akan menghadapi tantangan ganda, diantaranya:

1. Menjaga dan merawat identitas keindonesiaan di ruang global

2. Memperjuangkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil 'alamin di tengah sistem internasional yang seringkali eksploitatif dan hegemonik.


Tantangan ganda ini harus sebisa mungkin dicari jalan tengahnya sebagai upaya menjaga dan mempersatukan mahasiswa NU di tengah ganasnya ideologi yang malang melintang melewati bilik-bilik nalarnya.


Jika KMNU mampu menjawabnya, bukan tak mungkin KMNU akan menjelma sebagai agen diplomasi budaya yang menguasai kekuatan moral dunia.


Faktanya, KMNU sendiri lahir dari pergerakan nafas Aswaja mahasiswa. Yang perlu digarisbawahi, mahasiswa bukan sekedar simbol dan status akademik, tetapi identitas perjuangan, pergerakan, dan tanda perubahan. KMNU hadir sebagai kawah candradimuka perpanjangan tangan dari perjuangan nafas-nafas Islam Aswaja dan perlawanan terhadap ideologi trans nasional yang berseliweran muncul ke permukaan. 


Setiap komunitas dari unit terkecilnya, merupakan bagian proyek besar perubahan sosial. Maka, kader NU harus tetap hidup mewarnai kehidupan kampus, masyarakat, dan dunia sebagai kekuatan Islam yang dibungkus nalar intelektual yang membumi dan mengakar.


Yang perlu diteriakkan adalah bahwa Aswaja bukan sekedar identitas teologis, tapi juga merupakan sebuah metode berpikir dan bertindak. Dalam konteks era global, Aswaja hadir sebagai solusi, bukan hanya untuk umat Islam di Indonesia tapi untuk peradaban dunia.


Dalam pemahaman Aswaja, dikenal 4 pilar yang senantiasa dipegang oleh penganutnya. Tawasuth (moderat), Tasamuh (toleran), Tawazun (seimbang) dan Ta'adul (adil). 


Pilar tersebut sebagai perangkat dalam memaknai Islam sebagai agama yang rahmatan lil 'alamin, artinya penuh cinta kasih, menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, dan menolak segala kekerasan dalam hal dan bentuk apapun.

Dalam konteks semangat Aswaja, KMNU luar negeri hadir sebagai representasi Islam jalan tangah yang terbuka terhadap segala perbedaan, karena perbedaan adalah sebuah fitrah dan anugerah. Maka, ditegaskan *"Aswaja adalah Peradaban, Mahasiswa NU adalah Pionirnya"*


Mahasiswa NU merupakan kristalisasi dan representasi daripada bagian nilai keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan secara universal. Aswaja bukan sekedar teori, melainkan pegangan hidup dalam berprilaku, berpikir, dan bertindak. 


Melalui jalan kajian Aswaja yang lebih dalam, kader NU akan mengkolektifkan iman, akhlak, serta komitmennya terhadap perubahan sosial. KMNU akan mendidik kadernya menjadi manusia paripurna, yang artinya mempunyai pikiran kritis yang diimbangi dengan akhlak yang mulia, serta berani membela dan memperjuangkan nilai keislaman berhaluan aswaja.


Mari bawa semangat gerakan mahasiswa NU ini kemana pun kaki kita melangkah dan kaki kita berpijak, bukan sekedar komunitas dan perkumpulan, itu adalah denyut peradaban yang terus hidup.

Nadi pergerakan dan perjuangan akan semakin menyala dan berkobar


Sampaikan pada dunia, Mahasiswa NU hadir untuk memimpin peradaban dunia

Saturday, April 26, 2025

Peringati Harlah ke 75 Fatayat NU, Perempuan Muda dan Berdaya


 

Dalam rangka menjaga semangat juang  berorganisasi, Pimpinan Cabang (PC) Fatayat Nahdlatul Ulama (Fatayat NU) Kabupaten Pesawaran memperingati Hari Lahir (Harlah) ke-75 tahun dengan melakukan do'a bersama dan potong tumpeng di Aula KH. Hasyim Asy'ari Kantor PCNU Kabupaten Pesawaran pada Sabtu (26/4/2025).


Acara Harlah Fatayat ini mengusung tema "Organisasi Digdaya: Perempuan Berdaya dan Berkarya". 


Acara ini juga dibarengi dengan kegiatan sarasehan untuk kader Fatayat se-Pesawaran menghadirkan Dewan Pembina Fatayat NU Pesawaran yakni Nyai Durrotun Nafisah.


Ketua PC Fatayat NU Kabupaten Pesawaran, Siti Ahidiyah mengatakan, usia 75 tahun bagi sebuah organisasi bukanlah usia yang muda lagi.


"Fatayat harus berbenah menuju pengabdian yang lebih baik, banyak kisah di perjalanan yang harus dijadikan sebuah pembelajaran untuk sebuah kemajuan organisasi," ungkapnya.


Sosok yang akrab disapa mba Ahid ini mengajak para pemudi NU untuk menjadikan Fatayat sebagai ruang untuk berproses dan bertumbuh menjadi sosok wanita yang inspiratif dan mulia. 


"Berorganisasi dengan energi yang penuh positif, tujuannya ialah membentuk generasi muda perempuan NU yang berakhlak mulia, berpengetahuan luas, dan mampu berkontribusi positif bagi agama, nusa, dan bangsa menuju Indonesia emas yang dicitakan," tandasnya.


Menurut Mba Ahid, maksud daripada tema besar  Perempuan Berdaya dan Berkarya ialah perempuan yang bisa menguatkan perempuan lainnya. 


"Untuk bisa saling menguatkan, untuk bisa saling memberdayakan, dipaksa untuk selalu mencari literasi yang sebesar-sebesarnya agar bagaimana menjadi seorang ibu, sebagai salah satu pemimpin, sebagai perempuan yang ada di rumah bisa membuat ketahanan di dalam keluarga menjadi semakin kuat,” ungkap Mba Ahid.


Senada dengan hal tersebut, Dewan Pembina Fatayat NU Kabupaten Pesawaran, Nyai Durrotun Nafisah mengatakan bahwa peran perempuan tidak hanya sebagai seorang ibu saja.


"Peran perempuan sebagai makhluk sosial, sebagai anak, dan sebagai istri serta peran utamanya yakni sebagai ibu untuk anak-anaknya," ungkap Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayat Gerning itu.


Kegiatan ini dihadiri suruh kader Fatayat NU di berbagai tingkatan, mulai dari Pimpinan Anak Cabang (PAC) sampai di tingkat ranting se-Kabupaten Pesawaran.


Hafidz Fatur Rahman

Harlah 75 Fatayat NU, Nyai Durrotun Nafisah: Empat Peran Mulia Perempuan

 


Dewan Pembina Fatayat NU Kabupaten Pesawaran, Bu Nyai Durrotun Nafisah menjelaskan, peran konkrit perempuan dalam kehidupan guna menjadi wanita yang menginspirasi dan mulia.


Hal ini disampaikan pada acara Peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-75 Fatayat NU Pimpinan Cabang (PC) Fatayat Kabupaten Pesawaran yang dilaksanakan di Aula KH. Hasyim Asy'ari Kantor PCNU Kabupaten Pesawaran, Sabtu (26/4/2025).


Menurut Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayat Gerning ini bahwa minimal ada empat macam peran perempuan untuk menjadikannya sebagai sosok yang inspiratif dan mulia.


"Peran yang pertama bagi seorang perempuan adalah sebagai makhluk sosial," ungkapnya.


Ia mengatakan, peran sosial ini tentu cakupannya adalah berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat.

Menurutnya, hal ini perempuan mempunyai peranan penting dalam masyarakat, baik secara interaksi, memberi kontribusi, dan membangun relasi. 


"Banyak perempuan hebat yang berkarya dan memberikan kontribusi lebih untuk bangsa, agama, dan negara," ucapnya.


Peran kedua ialah sebagai anak, yang mewarisi nilai-nilai yang telah diajarkan oleh orang tuanya. Ia menjelaskan, sebagai anak, perempuan memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orang tua dan membantu mereka.


"Banyak ayat dalam al-Qur’an yang menjelaskan tentang birrul 

walidain (berbakti kepada kedua orang tua)," paparnya.


Peran ketiga bagi perempuan ialah sebagai seorang istri dalam kehidupan membangun rumah tangga.


"Peran ini artinya peran perempuan dalam membina rumah tangga, mendukung seorang suami, dan juga membangun keluarga yang harmonis," ujarnya.


Nyai Durrotun Nafisah mengatakan, dengan menjalankan peran ini insyaAllah perempuan mendapatkan ridho dari suami dalam setiap hal apapun selama tidak menyalahi aturan syari'at.


Selanjutnya keempat, peran perempuan sebagai seorang ibu. Perempuan sebagai ibu memiliki peran penting dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya serta menjadi contoh bagi mereka.


Lebih lanjut ia menjelaskan, ada ungkapan Arab mengatakan 'Al-Ummu Madrasatul Ula'. Ia menekankan pentingnya peran ibu dalam pendidikan dan pembentukan karakter anak sejak usia dini. 


"Peran seorang ibu dianggap sebagai guru pertama yang mengajarkan anak tentang berbagai hal, termasuk bahasa, perilaku, dan nilai-nilai moral," tegasnya.


Menurutnya, Ibu sebagai madrasatul ula karena darinya yang pertama pendidikan anak dan utama dimulai. Dari ibulah seorang anak belajar mengenai segala hal baru dalam hidupnya



Hafidz Fatur Rahman

Sunday, March 30, 2025

Perkuat Eksistensi, LAZISNU Lampung Tengah Bantu Penyelenggaraan Posko Mudik Lebaran

 


Sebagai bentuk dukungan dan komitmennya dalam melayani masyarakat, Lembaga Amil Zakat dan Infaq Shodaqoh Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Lampung Tengah turut berkontribusi dalam mensupport bantuan dana untuk kegiatan posko mudik yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor dan Banser Lampung Tengah.


Bantuan ini diberikan sebagai bentuk dukungan terhadap kegiatan yang bertujuan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan selama masa libur lebaran.


Bertempat di Kantor PCNU Lampung Tengah, bantuan dana tersebut diserahkan secara simbolis oleh Ketua LAZISNU PCNU Lampung Tengah, Gus Alie Fadhilah Musthofa kepada Perwakilan Ansor Banser Lampung Tengah


Dalam kesempatan tersebut, Gus Alie mengucapkan bahwa bantuan ini sebagai langkah konkret LAZISNU PCNU Lampung Tengah dalam berperan membantu menopang untuk memperkuat peran NU dalam memberikan manfaat untuk masyarakat.


"Melalui posko ini, berharap bisa memberikan layanan terbaik kepada masyarakat yang membutuhkan, baik dalam hal kesehatan, bantuan pangan, maupun kebutuhan darurat lainnya. Kami berharap, bantuan ini dapat meringankan beban masyarakat selama perayaan lebaran,” ujarnya saat ditemui pada Sabtu (29/03/2025)


Ia juga menambahkan, bahwa suasana arus mudik dan arus balik tingkat kepadatan kendaraan meningkat tidak seperti biasanya. Menurutnya, dengan memberi bantuan untuk posko ini bisa menopang kebutuhan yang diperlukan sahabat Banser yang bertugas di posko.


"Keberadaan posko mudik seperti ini sangat diperlukan untuk membantu aparat kepolisian maupun pihak berwenang agar keadaan di jalan Raya tetap lancar dan kondusif," ungkap pengasuh Pondok Pesantren Sunan Ampel Punggur ini.


Sementara itu, Ketua Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Lampung Tengah, Sholihin menyampaikan apresiasi dan menyambut baik apa yang telah dilakukan oleh pengurus LAZISNU PCNU Lampung Tengah.


Menurut Sholihin, posko mudik ini laksanakan oleh PC GP Ansor Lampung Tengah diharapkan bisa memberikan manfaat yang besar, terutama bagi pemudik dan masyarakat yang merayakan lebaran di sekitar wilayah Lampung Tengah. 


"Kami sangat mengapresiasi dukungan dari LAZISNU Lampung Tengah ini. Bantuan seperti ini akan sangat berguna dalam menunjang kelancaran program posko mudik lebaran yang kami rencanakan. InsyaAllah, dengan sinergi ini, bisa memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat Lampung Tengah," tandasnya.


Lebih lanjut, ia berharap agar para pemudik bisa beristirahat di posko mudik yang disediakan, dan harapan tahun depan agar posko mudik ini lebih baik lagi dan lebih maksimal.


Perlu diketahui bahwa program posko mudik lebaran PC GP Ansor Lampung Tengah sendiri dilaksanakan di dua titik strategis di wilayah Lampung Tengah, diantaranya di Halaman Kantor PCNU Lampung Tengah yang berlokasi di Gunung Sugih, dan titik kedua di halaman Masjid Al-Hidayah, Simpang Randu, Seputih Banyak.


Posko mudik lebaran ini tentunya menyediakan berbagai fasilitas dan layanan informasi bagi pemudik yang melintasi jalur utama di Lampung Tengah.


Dengan adanya kolaborasi ini, diharapkan masyarakat ataupun pemudil yang melintas dapat merasakan manfaat langsung dari berbagai layanan yang disediakan, serta mempererat tali silaturahmi dalam suasana lebaran yang penuh berkah.



Hafidz Fatur Rahman

Saturday, March 29, 2025

Mudik adalah Jati Diri Manusia



 Saudaraku,

Di akhir bulan Ramadhan ini kita menyaksikan suatu budaya tahunan masyarakat khususnya Indonesia yang dinamakan dengan istilah “mudik”.

mudik menjadi sebuah penanda akan datangnya hari raya, mudik merupakan penanda bahwa setiap keluarga akan kembali kepada keluarga asalnya dengan membawa sejumlah celengan rindu, membawa sebuah kebahagiaan dan rasa syukur atas perjuangannya di kota kota besar untuk dipersembahkan kepada orang tuanya serta sanak saudaranya yang berada di kampung halaman.


Saudaraku yang dirahmati oleh Allah swt.

Mudik pada hakikatnya mengajarkan kepada kita sebuah kesadaran bahwa sejauh apapun kita pergi pasti kita akan kembali ke titik semula. Seberapa lama kita pergi pasti kita akan rindu akan suasana kampung halaman dan masa kecil kita. Kesadaran inilah yang semestinya melembaga di dalam setiap lubuk hati manusia bahwa kita sebagai manusia, diberikan kehidupan di dunia ini nantinya pasti akan kembali kepada sang pencipta.

Dalam istilah Maqolatul Jawi disebutkan bahwa “Sangkan Paraning Dumadi”, yang bermakna bahwa setiap diri manusia tidak patut untuk melupakan dari mana ia berasal. Keyakinan ini menjadi sebuah pengingat bahwa kita pun pada saatnya nanti akan kembali kepada Sang Pencipta, Tuhan Sekalian Alam, Allah swt.


Saudraku,

Inilah yang Allah swt tegaskan dalam al-qur’an,

إِنَّا لِلّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ

“Kita adalah milik Allah, dan hanya kepada Allah kita akan kembali”


Walhasil, budaya mudik mengajarkan kepada kita bahwa setiap manusia harus menyadari bahwa ia berasal dari mana, hendak pergi kemana dan akan kembali kemana. Seberapa jauh pun kita melangkah, seberapa cepatpun kita pergi, akan tetap kembali kepada Allah swt, Sang Pencipta Alam Semesta.


Saudaraku,

Mudik juga mengungatkan kita pada suatu istilah yaitu “Hidup bagaikan Lingkaran Tasbih”, Dimana kita bertasbih dimulai dari satu titik yaitu kepala tasbih dan akan kembali ke titik semula. Kenikmatan bertasbih bergantung pada kekhusyukan kita dalam berdzikir kepada Allah swt. Nha dalam kehidupan ini, kenikmatan berdzikir itu diibaratkan sebagai kebermanfaatan kita hidup di dunia ini, semakin manfaat, semakin luas menebar manfaat, semakin besar memberikan pengaruh positif dalam kehidupan ini, maka di situlah letak kenikmatan dalam hidup.

Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah saw bersabda,

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Yang paling baik di antara manusia adalah ia yang paling banyak menebar kebermanfaatan bagi manusia”


Saudarku,

Dari dua istilah yang sudah dijelaskan di atas, hal tersebut memberikan sebuah benang merah bahwa kehidupan kita di dunia ini memiliki 2 peran, yaitu “Ubudiyah dan Khalifah”.

Peran pertama kita menyadari bahwa hidup pada hakikatnya adalah untuk beribadah kepada Allah swt dan peran kedua adalah penebar manfaat di muka bumi ini dengan menjadi Khalifah Allah di muka bumi.


Semoga dengan adanya budaya mudik ini, dapat memberikan tambahan kesadaran kepada kita bahwa kita memiliki misi dan peran dalam berkehidupan di dunia yang fana dan sementara ini. Aamiiin…


Lampung, 29 Ramadhan 1446 H,

Ditulis di pagi hari dengan suasana kampung halaman yang syahdu.

Oleh : Tito Gustowo, Pegiat Dakwah Lembaga Dakwah PWNU Lampung

tasawuf

Puisi

Humor