Biasanya, mahasiswa yang mempunyai ideologi yang mengarah ke pemikiran tauhid Imam Asy'ari dan Imam Maturidi akan membentuk sebuah jalan perjuangan di Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU). Bahkan, KMNU hingga kini tetap eksis mempertahankan peran sebagai penjaga gawang dalam menangkis paham trans nasional yang terus semakin aktif menjangkit generasi muda khususnya di lingkup dunia pendidikan. KMNU hari ini tidak hanya eksis dibidang keagamaan, tapi juga turut berperan dan ambil bagian dalam membentuk generasi muda yang berjiwa nasionalis dan agamis. Tidak hanya aktif di ranah internal, tapi juga aktif dan eksis di ranah global dan go internasional. Terbukti dengan munculnya sekelompok unit mahasiswa yang mendeklarasikan komunitasnya sebagai bagian daripada mahasiswa Nahdlatul Ulama (NU). Sebut saja KMNU Jepang contohnya.
Bertumbuh di negeri matahari terbit, deklarasi KMNU ini sebagai ungkapan dan sebuah tanda awal untuk menancapkan pengaruhnya di negeri sakura. Bukan tak mungkin, esok, lusa, ataupun beberapa waktu kedepan banyak ditemui mahasiswa NU yang bergerilya menimba ilmu di negeri orang. Tentu, percaturan dalam perebutan pengaruh akan menghasilkan mata rantai kaderisasi yang berkelanjutan. Kader-kader NU di luar negeri akan semakin bertambah mengingat banyak sekali program dari pemerintah ataupun dari PBNU mengirim putra putri terbaiknya untuk menimba ilmu di luar negeri. Sebut saja Maroko, Jepang, Mesir, dan sebagainya sebagai tujuan pendistribusian mahasiswa. Kader-kader NU secara realita akan menghadapi tantangan ganda, diantaranya:
1. Menjaga dan merawat identitas keindonesiaan di ruang global
2. Memperjuangkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil 'alamin di tengah sistem internasional yang seringkali eksploitatif dan hegemonik.
Tantangan ganda ini harus sebisa mungkin dicari jalan tengahnya sebagai upaya menjaga dan mempersatukan mahasiswa NU di tengah ganasnya ideologi yang malang melintang melewati bilik-bilik nalarnya.
Jika KMNU mampu menjawabnya, bukan tak mungkin KMNU akan menjelma sebagai agen diplomasi budaya yang menguasai kekuatan moral dunia.
Faktanya, KMNU sendiri lahir dari pergerakan nafas Aswaja mahasiswa. Yang perlu digarisbawahi, mahasiswa bukan sekedar simbol dan status akademik, tetapi identitas perjuangan, pergerakan, dan tanda perubahan. KMNU hadir sebagai kawah candradimuka perpanjangan tangan dari perjuangan nafas-nafas Islam Aswaja dan perlawanan terhadap ideologi trans nasional yang berseliweran muncul ke permukaan.
Setiap komunitas dari unit terkecilnya, merupakan bagian proyek besar perubahan sosial. Maka, kader NU harus tetap hidup mewarnai kehidupan kampus, masyarakat, dan dunia sebagai kekuatan Islam yang dibungkus nalar intelektual yang membumi dan mengakar.
Yang perlu diteriakkan adalah bahwa Aswaja bukan sekedar identitas teologis, tapi juga merupakan sebuah metode berpikir dan bertindak. Dalam konteks era global, Aswaja hadir sebagai solusi, bukan hanya untuk umat Islam di Indonesia tapi untuk peradaban dunia.
Dalam pemahaman Aswaja, dikenal 4 pilar yang senantiasa dipegang oleh penganutnya. Tawasuth (moderat), Tasamuh (toleran), Tawazun (seimbang) dan Ta'adul (adil).
Pilar tersebut sebagai perangkat dalam memaknai Islam sebagai agama yang rahmatan lil 'alamin, artinya penuh cinta kasih, menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, dan menolak segala kekerasan dalam hal dan bentuk apapun.
Dalam konteks semangat Aswaja, KMNU luar negeri hadir sebagai representasi Islam jalan tangah yang terbuka terhadap segala perbedaan, karena perbedaan adalah sebuah fitrah dan anugerah. Maka, ditegaskan *"Aswaja adalah Peradaban, Mahasiswa NU adalah Pionirnya"*
Mahasiswa NU merupakan kristalisasi dan representasi daripada bagian nilai keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan secara universal. Aswaja bukan sekedar teori, melainkan pegangan hidup dalam berprilaku, berpikir, dan bertindak.
Melalui jalan kajian Aswaja yang lebih dalam, kader NU akan mengkolektifkan iman, akhlak, serta komitmennya terhadap perubahan sosial. KMNU akan mendidik kadernya menjadi manusia paripurna, yang artinya mempunyai pikiran kritis yang diimbangi dengan akhlak yang mulia, serta berani membela dan memperjuangkan nilai keislaman berhaluan aswaja.
Mari bawa semangat gerakan mahasiswa NU ini kemana pun kaki kita melangkah dan kaki kita berpijak, bukan sekedar komunitas dan perkumpulan, itu adalah denyut peradaban yang terus hidup.
Nadi pergerakan dan perjuangan akan semakin menyala dan berkobar
Sampaikan pada dunia, Mahasiswa NU hadir untuk memimpin peradaban dunia