PUISI-PUISI KARYA
MIFTAH SHOFIYAH NOVIANTI
LUKA
DAN CINTA
Sejak langkahmu mulai dihapus aliran rasa.
Saat tembang kenangan dilantunkan dalam melodi haru
Mengais aku disekuntum mawar,
bukti luka tak perlu bersuara.
Kusingkapkan lembar langit yang mengabu
Bersimpuh dalam naungan sang penyaji
Kaulah duri dipelupuk mata,
Entah bagaimana kau mulai jadi luka.
Birumu mulai beku, semakin sangar sepiku.
Semenjak aku beralih haluan
Meyakini bahwa waktu tak menggulirkanmu untukku.
Bahwa nyanyian indah diberanda bukanlagi cerita bahagia.
Riuhnya firasat mungkin itu pesan dari tuhan
Agar menyudahi belenggu yang membuat memar dan pilu.
Biarkan kata kataku bergelayutan, liar dan memuntahkan tinta.
Inilah lika liku dan luka
Inilah cita cinta dan rasa
Bungkam pun dia akan tetap berkelana
mengarungi hati dan sukma.
Kadang ia memaksamu mengeja saat kamu kehilangan aksara.
Kadang ia memaksa meminta saat kamu ingin berhenti jadi bulan bulanan jiwa.
Lampung Barat, 8 Mei 2020
Sejak langkahmu mulai dihapus aliran rasa.
Saat tembang kenangan dilantunkan dalam melodi haru
Mengais aku disekuntum mawar,
bukti luka tak perlu bersuara.
Kusingkapkan lembar langit yang mengabu
Bersimpuh dalam naungan sang penyaji
Kaulah duri dipelupuk mata,
Entah bagaimana kau mulai jadi luka.
Birumu mulai beku, semakin sangar sepiku.
Semenjak aku beralih haluan
Meyakini bahwa waktu tak menggulirkanmu untukku.
Bahwa nyanyian indah diberanda bukanlagi cerita bahagia.
Riuhnya firasat mungkin itu pesan dari tuhan
Agar menyudahi belenggu yang membuat memar dan pilu.
Biarkan kata kataku bergelayutan, liar dan memuntahkan tinta.
Inilah lika liku dan luka
Inilah cita cinta dan rasa
Bungkam pun dia akan tetap berkelana
mengarungi hati dan sukma.
Kadang ia memaksamu mengeja saat kamu kehilangan aksara.
Kadang ia memaksa meminta saat kamu ingin berhenti jadi bulan bulanan jiwa.
Lampung Barat, 8 Mei 2020
BAIT
UNTUKMU
Seusai
senja menutup mataku
Kala
itu malam berpesan padaku
Bahwa
hidupku bukan tentang seribu waktu
Sebab
nyawaku berpijak pada seribu debumu.
Aku
berhutang padamu
Esok
mentari harus terbit dari sela-sela jariku
Bersama
angan dan harapanmu
yang
saat ini kukepal sabil mengejar asa
Darah
yang sedari dulu kau hangatkan dengan cinta ini
Kini
berkarya dalam tatanan diksi dan kata
Sambil
kutengadahkan tanganku
Meminta
surga tetap berpihak padamu
Untukmu
bangsaku,
Ribuan
bait akan kutulis untuk kuterbangkan bersama namamu
Untukmu
bangsaku
Kubuktikan
janjiku, mulai dari larik sunyi yang sewaktu waktu membumbung tinggi dan
menceritakan ibu pertiwi ini
Lampung barat, 15 Mei
2020
AKU
CEMBURU
Aku
cemburu pada waktu
Yang
diam-diam mencumbu nyawamu,
Meghanyutkanmu
dalam melodi yang mendayu.
Kaulah
biru dalam doaku,
yang samar dalam kelamnya malam.
yang samar dalam kelamnya malam.
Katanya
malam ini purnama tiba.
Tapi
nyatanya purnama itu bukan untukku.
Kemudian hanyut aku dalam sunyi,
terus mengagumi seorang diri.
Sedang kau masih beku tak mau membalas rindu.
Apalah dayaku, aku debu bagimu yang ayu.
Kemudian hanyut aku dalam sunyi,
terus mengagumi seorang diri.
Sedang kau masih beku tak mau membalas rindu.
Apalah dayaku, aku debu bagimu yang ayu.
Aku
cemburu.
Kala
melihatmu menuang secangkir kopi tapi bukan disampingku.
Meneguknya sambil dibelai angin malam,
lambat laun derik dedaunan mengunci imajinasimu hingga hanya berpadu pada satu sosok teduh didepanmu.
Meneguknya sambil dibelai angin malam,
lambat laun derik dedaunan mengunci imajinasimu hingga hanya berpadu pada satu sosok teduh didepanmu.
Mungkin
seketika itu diam-diam kau sedang menulis bait puisi, atau mendendangkan larik
lagu yang kau tulis sendiri.
Atau
kau sedang melukis wajahnya?
Entahlah!
Aku hanya melihat dalam khayal laut cemburuku.
Entahlah!
Aku hanya melihat dalam khayal laut cemburuku.
Yang
kutau,
Kau
masih biru milikku
Dalam lantunan doa hingga penghujung hariku.
Dalam lantunan doa hingga penghujung hariku.
Lampung Barat, 10 Juni 2020
Tentang
penulis : Miftah Shofiyah Novianti tinggal di pekon Semarang Jaya, kec. Air
Hitam, kab. Lampung Barat. Miftah Shofiyah Novianti, mahasiswi Universitas
Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan
Ekonomi, merupakan salah seorang pecinta seni, khususnya puisi. Ia juga
tercatat sebagai anggota KMNU Universitas Lampung 2018. Selain itu Ia juga
bergabung di Komunitas Sastra Silaturahmi Masyarakat Lampung Barat(KOMSAS
SIMALABA). Karyanya dimuat buku EMBUN PAGI LERENG PESAGI(2017) dan MENJARING
MUTIARA(SMAN 1 Way Tenong 2016