Puisi Karya Miftah Shofiyah Novianti
Kader KMNU Unila 2018
Kader KMNU Unila 2018
AKU TIDAK MENGHITUNG
Aku tidak pernah menghitung rintik hujan yang
mendengarkan hatimu bercerita sore itu.
Tapi aku bisa menghitung detak jantung dengan lamunan kosong berusaha diam.
Tatapan tajam yang menyorot ke sudut kaca
Bisu yang berisik di dalam relungnya.
Aku tidak pernah menghitung hela nafas dalam
tatapan cahaya senja,
Tapi aku mengingat hela nafasmu mendengarkan sebait luka
Siang berganti malam, ceritanya kian larut,
Meski dalam hitungan menit nahkoda akan melabuhkan kapal di dermaga
Aku tidak pernah menghitung menit waktu kau
terlelap
Tapi aku tak henti menghitung menit waktu lisanmu bicara "Istirahatlah"
Aku tidak tidur, berusaha menemui tuhan
Meminta agar ini bukan bagian dari sandiwara sekedar pengisi sajak
Aku tidak pernah menghitung sorot mata yang
tertangkap lensaku
Tapi aku terhitung dalam setiap tajamnya tujuan garis matamu
Aku bukan kosa kata tak bermakna
Tapi aku adalah kosa kata yang berusaha melengkapi agar jadi kita.
Tapi aku bisa menghitung detak jantung dengan lamunan kosong berusaha diam.
Tatapan tajam yang menyorot ke sudut kaca
Bisu yang berisik di dalam relungnya.
Tapi aku mengingat hela nafasmu mendengarkan sebait luka
Siang berganti malam, ceritanya kian larut,
Meski dalam hitungan menit nahkoda akan melabuhkan kapal di dermaga
Tapi aku tak henti menghitung menit waktu lisanmu bicara "Istirahatlah"
Aku tidak tidur, berusaha menemui tuhan
Meminta agar ini bukan bagian dari sandiwara sekedar pengisi sajak
Tapi aku terhitung dalam setiap tajamnya tujuan garis matamu
Aku bukan kosa kata tak bermakna
Tapi aku adalah kosa kata yang berusaha melengkapi agar jadi kita.
Tangerang, 21 Januari 2020
OPINI SENJA
Dari kemarin yang kudengar hanya kalimat yang
menyatakan kemungkinan Kemungkinan untuk hari ini, hari esok, lusa dan
seterusnya
Apa kabar dengan fakta?
Apa dia pemain cadangan dalam hidup dan cerita kita?
Kututup dengan kalimat pasti
"Aku masih dalam penantian."
Bandar Lampung, 6 Januari 2020
"Aku masih dalam penantian."
TUAN
Tuan, jikalau senja bukan maumu,
jangan kau tandaskan cintaku yang sudah berwindu menanti dan merindu.
Seandainya pintaku terlampau pudar,
biarkan aku menabur sedikit tenang.
Sekali saja temuimu dan mendekap kobaran mesra.
Menerawang doamu, lalu meng-aminkannya,
sambil meneguk segelas wacana,
dahulu kau janji akan bercerita tentang kita, rasa dan murka
yang sampai sekarang masih abadi jadi hutang dalam jiwa.
Air Hitam, 27 Maret 2020
jangan kau tandaskan cintaku yang sudah berwindu menanti dan merindu.
Seandainya pintaku terlampau pudar,
biarkan aku menabur sedikit tenang.
Sekali saja temuimu dan mendekap kobaran mesra.
Menerawang doamu, lalu meng-aminkannya,
sambil meneguk segelas wacana,
dahulu kau janji akan bercerita tentang kita, rasa dan murka
yang sampai sekarang masih abadi jadi hutang dalam jiwa.
Tentang penulis : Miftah Shofiyah Novianti tinggal di pekon Semarang Jaya, Kec. Air Hitam, Kab. Lampung Barat. Miftah Shofiyah Novianti, mahasiswi Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Ekonomi, merupakan salah seorang pecinta seni, khususnya puisi. Ia juga tercatat sebagai anggota KMNU Universitas Lampung 2018. Selain itu Ia juga bergabung di Komunitas Sastra Silaturahmi Masyarakat Lampung Barat (KOMSAS SIMALABA). Karyanya dimuat buku EMBUN PAGI LERENG PESAGI (2017) dan MENJARING MUTIARA (SMAN 1 Way Tenong 2016).