Kali ini kita akan sedikit membahas keterkaitan antara salah satu proses biologis yaitu fertilisasi atau pembuahan dengan perintah untuk berbakti kepada kedua orang tua. Fertilisasi yaitu proses dibuahinya sel telur
(Ovum) oleh sel sperma yang terjadi di bagian Tuba fallopi pada wanita. Proses
awal terjadinya fertilisasi ini tentunya diawali dari proses ejakulasi. Setiap
ejakulasi, rata-rata pria menghasilkan 3 cc mani yang mengandung sekitar 100
juta sampai 120 juta sel sperma tiap 1 cc nya. Setelah air mani ini
terpancar (ejakulasi) ke dalam pangkal saluran kelamin wanita, jutaan sel
sperma ini akan berenang melintasi
rongga rahim, saling berebut untuk mencapai sel telur matang yang ada pada
saluran tuba fallopi di seberang rahim. Pada saat ovulasi, lapisan lendir di
dalam serviks (leher rahim) menjadi lebih cair, sehingga sperma mudah melintas
ke dalam rahim. Sperma bergerak dari vagina sampai ke ujung tuba fallopi yang
berbentuk corong dalam waktu 5 menit.
Jika perempuan tersebut berada dalam masa subur, atau
dengan kata lain terdapat sel telur yang matang, maka terjadilah pembuahan. Pada
proses pembuahan, hanya bagian kepala sperma yang menembus sel telur dan
kemudian melepaskan nukleus (inti sel) dan bersatu dengan inti sel telur. Inti sel sperma tersebut membawa materi
genetik yaitu kromosom dan akan bersatu dengan materi genetik sel telur. Hasil
dari pembuahan ini adalah satu sel diploid yang disebut dengan zigot. Zigot
akan melakukan pembelahan menjadi dua sel, empat sel, dan seterusnya hingga
akhirnya terbentuklah janin yang akan berkembang menjadi manusia dewasa.
Disinilah inti dari apa yang akan kita bahas. Dari
sedikit penjelasan diatas, dapat kita ketahui bahwa peran sperma dalam
pembuahan tersebut hanya membawa materi genetik saja. Akan tetapi peran sel
telur lebih dari itu. Sel telur tidak hanya menyumbangkan materi genetik saja
tetapi segala zat, organel sel, dan substansi lain dari sel telur juga
digunakan. Dengan kata lain, substansi pada zigot hasil pembuahan terkecuali
materi genetik dari sperma semuanya berasal dari sel telur. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa sel-sel pada tubuh kita dahulunya adalah satu sel yang mayoritas
substansinya berasal dari sel telur ibu.
Lantas apa hubungannya dengan perintah untuk berbakti
kepada kedua orang tua? Dikemukakan dalam satu Hadits:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا
رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ
أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ
أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ،
قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau
berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus
berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’
Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu
‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian
siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali,
‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian
ayahmu.'” (HR.
Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Hadits tersebut menunjukkan bahwa kecintaan
dan kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat besarnya
dibandingkan terhadap seorang ayah. Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam
menyebutkan kata ibu sebanyak tiga kali, sementara kata ayah hanya satu kali.
Bila hal itu sudah kita mengerti, realitas lain bisa menguatkan pengertian
tersebut. Karena kesulitan dalam menghadapi masa hamil, kesulitan
ketikamelahirkan, dan kesulitan pada saat menyusui dan merawat anak, hanya
dialami oleh seorang ibu. Ketiga bentuk kehormatan itu hanya dimiliki oleh
seorang ibu, seorang ayah tidak memilikinya. (Lihat Tafsir Al-Qurthubi X : 239. al-Qadhi Iyadh menyatakan
bahwa ibu memiliki keutamaan yang lebih besar dibandingkan ayah).
Penjelasan tersebut jika dikaitkan dengan
proses fertilisasi ada aspek yang sama yaitu pengorbanan, dimana pada saat
fertilisasi sel telur dari ibu menyumbangkan semua substansinya tetapi sel
sperma dari ayah hanya menyumbang materi genetik saja. Itulah gambaran mengapa kadar
bakti kita kepada ibu haruslah lebih besar dibandingkan kepada ayah.
Akan tetapi, kita tidak bisa mendiskreditkan
peran ayah. Perjuangan sperma untuk mencapai sel telur itu tidak mudah, itu menggambarkan kerja keras
ayah kita dalam mencari rezeki untuk menghidupi kita. Tanpa sumbangan materi genetik dari sperma
ayah, fertilisasi pun tidak terjadi dan tentu kita tidak akan lahir ke dunia
ini.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan mengingatkan kita akan jasa-jasa oranga tua kita. Semoga beliau berdua selalu dalam lindungan Allah, Amiin.
Penulis:
Dwi Wahyudi
Pendidikan Biologi Universitas Lampung
Kadept. Infokom KMNU Unila