aji ini berasal dari kata kaji dalam bahasa Indonesia yang berarti pelajaran agama. Ngaji merupakan istilah Jawa untuk menunjuk kegiatan yang mempelajari pengetahuan agama di kalangan santri. Proses transfer pengetahuan inilah yang disebut dengan “mengaji”.
Mengaji ini pula merupakan suatu proses pembelajaran yang disertai dengan mursyid (guru) untuk membimbing. Kegiatan ini mahsyur dikalangan pondok pesantren, bahkan sudah menjadi tradisi yang sangat mengakar.
Sama halnya dengan apa yang dilakukan oleh Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama' (KMNU). Organisasi kemahasiswaan basis keagamaan ini juga lazim melaksanakan kegiatan rutinan mengaji. Bahkan, hal inipun sangat rutin dilaksanakan setiap minggunya. Dalam tradisi KMNU terkhusus di Universitas Lampung, mengaji kitab ulama-ulama salaf sangat populer dan masif dilakukan. Seperti contoh kitab fiqih Safinatun Najah karya Syeikh Salim bin Abdullah bin Sa’ad bin Sumair Al-Hadhrami, Kitab Nashoihul Ibad karya Syeikh Nawawi Al-Bantani yang berisi tentang kalam dan nasihat para ulama'.
Dalam tradisi mengaji di KMNU, tentunya teknis pelaksanaannya harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menarik minat dari para mahasiswa itu sendiri. Tak bisa dipungkiri, tugas utama dari mahasiswa NU yang khusus tergabung di KMNU adalah untuk memastikan bahwa akidah aswaja ala an-nahdliyah tetap lestari dilingkup kampus. Itu sudah menjadi tanggung jawab moral bagi para kader-kadernya. Mengaji ala kaum nahdliyin lekat kaitannya dibungkus dengan sedikit guyonan, sehingga hal demikian dapat membuat pendengarnya tidak merasa bosan sehingga teknik inipun dapat membuat penikmatnya tidak mengantuk dan dapat mengikuti mengaji ini hingga akhir.
Terlebih para mahasiswa, yang dituntut untuk belajar dari pagi hingga petang untuk menerima materi dari para dosennya. Belum lagi, tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawab untuk diselesaikan. Bagi para mahasiswa, terkhusus yang tergabung di KMNU, selain belajar juga harus bisa membagi waktu untuk turut serta berkontribusi dan aktif dalam mendigdayakan aswaja an-nahdliyah di kampusnya seperti kegiatan mengaji ini contohnya.
Seorang kader KMNU selain dituntut memahami basis bidang keilmuannya, harus cerdas pula dalam bidang agama, karena memang KMNU inilah wadah untuk mengkader sehingga salah satu tujuan dari didirikannya KMNU itu bisa dicapai, yakni mengembangkan potensi diri seluruh anggota KMNU UNILA sebagai insan yang ilmiah, edukatif, dan religius.
Kaitannya hal ini dengan mengaji yakni, seorang dikatakan ilmiah, edukatif, dan religius akan dapat tercapai dengan cara membaca, memahami, dan berusaha menerapkan apa yang dipelajarinya dalam kehidupan. Dalam kitab-kitab ulama salaf sebagai contoh yang telah disebutkan di atas, bahwa isi di dalamnya merupakan beberapa panduan dan nasihat kehidupan, tata cara beribadah, dan lainnya yang menunjang pemahaman seorang santri.
Adapun media pembelajaran saat mengaji ala KMNU yang dilakukan oleh para pengajar (kyai, ulama', ustadz) kepada para santri sebenarnya tidak melulu membacakan kitab kuning saja. Akan tetapi, juga sering menyelipkan kisah-kisah lucu, satire, jenaka yang tidak hanya membuat orang yang mendengar tersenyum atau tertawa, namun di dalamnya mengandung hikmah yang luar biasa. Hal inilah yang menjadi dasar dan ciri khas tersendiri bagi kalangan santri Nadhlatul Ulama'
Dalam berbagai literatur telah disebutkan bahwa humor adalah salah satu media yang paling efektif dalam menyampaikan nasihat. Dengan menggunakan lelucon atau kisah jenaka, pesan nasihat lebih mudah diterima dan diresapi oleh orang yang membaca atau yang mendengarkan. Oleh karenanya, metode ini sangat relevan untuk diterapkan sehingga penikmat akan mengaji kitab senantiasa selalu bertambah dikemudian hari.