Revolusi Kopi, Santri, dan KMNU
Tahukah kita bahwa telah terjadi banyak revolusi di dunia ini dan salah satu revolusi terbesar dalam sejarah manusia adalah Revolusi Prancis. Dimana monarki Prancis kemudian memerintah, kekaisaran Prancis yang dipimpin oleh Raja Louis XIV dan Raja Louis XV harus diatur oleh revolusi, dimana para pekerja, dan petani bersatu untuk menggulingkan apa yang mereka yakini sebagai monarki dan menyebabkan penderitaan besar bagi orang-orang. Jadi bisa dikatakan Revolusi Perancis tidak akan terjadi tanpa kedai kopi yang menjadi latar belakang terjadinya revolusi.
Warung kopi sudah tidak asing lagi bagi orang Perancis, khususnya di kota Paris. Hingga suatu hari Francesco Procopio Dei Coltelli yang hijrah dari Italia ke Prancis membuka sebuah kafe di Paris bernama Le Procope. Procopius menjadi tempat pertukaran ilmu hingga dikenal sebagai tempat pencerahan karena para cendekiawan berkumpul di sini. Beberapa seniman dan cendekiawan Paris seperti JJ Rousseau, Diderot, Voltaire dan Pirot menjadi pelanggan setianya. Diskusi Le Procopé semakin intensif ketika mereka mulai berbicara tentang pembagian kekuasaan di negara tersebut. Ini terkait dengan peristiwa di Paris orang mulai mengkritik kekuasaan absolut raja.
Di negara dengan prinsip demokrasi seperti itu, setiap orang selalu memiliki kepentingannya masing-masing, baik individu maupun kelompok. Mereka semua bebas mengekspresikan kepentingan tersebut. Misalnya, penting bagi seniman untuk memiliki kejelasan hukum tentang hak cipta, dan bagi penganut adat harus dijamin kebebasan beragama. Jutaan kepentingan di setiap kelompok bisa saling bertentangan. Menerjemahkan keprihatinan ini ke dalam peraturan yang berlaku nasional, di sinilah peran politik sangat dibutuhkan.
Sejak itu, kedai kopi tersebar di jalanan Paris. Orang yang terbiasa minum alkohol sangat terkejut dengan efek kopi pada tubuhnya. Biasanya mereka menggunakan alkohol setelah bekerja untuk bersantai dan menghilangkan stres. Setelah bekerja, mereka pergi ke bar dan minum lalu tertidur. Pertemuan-pertemuan ini, yang berkisar dari kafe hingga kelas sosial, borjuasi, pekerja, dan bahkan petani, inilah yang menandai Revolusi Prancis.
Kafe merupakan tempat untuk bertukar berbagai informasi. Perdebatan yang sedang berlangsung menjadi lebih serius setiap hari dan mendorong mereka untuk melakukan tindakan. Pada abad ke-18, pembahasan di sana mulai intensif karena menyangkut pemisahan kekuasaan dalam negara. Kaum borjuis (penguasa) memperkuat kekuasaannya dengan menciptakan sistem republik, sebuah negara modern tanpa kekuasaan kaum feodal. Sayangnya perubahan yang terjadi tidak membuat kaum pekerja di prancis jadi semakin membaik. Revolusi yang terjadi di perancis mengguncang negara-negara lain di eropa. Di inggris sempat terjadi pemberhentian perdagangan kopi dari luar inggris dan menggantikannya dengan teh, sejak saat itulah kebiasaan minum teh mulai mulai terjadi di inggris.
Santri dan KMNU
Di dalam Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama' kerap atau sudah menjadi budayanya untuk memanggil sesama dengan istilah mas dan mba. Hal ini menjadi identitas tersendiri dalam setiap kali kegiatan yang berlangsung.
Panggilan ini dapat menghasilkan sebuah hubungan kekeluargaan erat dan harmonis sehingga sering terdapat perkumpulan hangat yang selalu tidak lupa terdapat minuman kopi sebagai penghangat didalamnya. Kopi menjadi sebuah hal wagu (tidak wajar) ketika dalam sebuah obrolan atau diskusi tidak ada didalamnya. Ingin rapat bilang “Info Ngopi, mas mba”, ingin pertemuan bilang “Info Ngopi, mas mba”, "kopi mana kopi". Sebenarnya antara kopi, santri, dan KMNU tidak dapat dipisahkan karena sejatinya seluruh anggota KMNU adalah seorang santri yang sedang menimba ilmu dalam madrasah yang besar yakni Nahdlatul Ulama' serta istilah kopi umum digunakan dan dimanfaatkan sebagai minuman penghangat bagi para santri-santri di pondok pesantren. Hal ini karena kopi disinyalir dapat memberikan energi positif dan dapat menambah rasa semangat setiap kali para santri akan mengaji. Oleh karena itu, kopi menjadi bagian yang sangat berpengaruh bagi para santri-santri yang saat ini sedang menimba ilmu intelektualnya di madrasah besar bernama Nahdlatul Ulama' melalui wadah yang bernama KMNU.
Lalu jika terdapat info ngopi namun setelah diberi kopi malah memesan es teh, apakah dia salah satu dari komplotan pemerintah Inggris pada zaman itu? Saya pun sebagai penulis belum mengulik jauh lagi tentang hal itu?
Bagaimana menurut mas mba semua kader KMNU tercinta? Berikan pendapatnya hehe
Salam hangat bak kopi yang siap saji
(Mas Hafidz)