Setiap 5 Desember, tercatat sebagai momentum bersejarah bagi Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) Universitas Lampung. Sejak didirikan pada 5 Desember 2010 di Mts NU Kaliawi, KMNU hingga kini telah menjadi salah satu organisasi mahasiswa yang eksis dan konsisten memperjuangkan nilai-nilai keislaman, kebangsaan, dan kemajuan intelektual khususnya di Universitas Lampung.
Sebuah wadah strategis yang bukan hanya sekedar pelengkap, tetapi lahir dari kesadaran historis yang dipelopori oleh 17 orang mahasiswa yang membutuhkan ruang aktualisasi untuk mengimplementasikan amaliyah-amaliyah keaswajaan di lingkup kampus. Di tahun 2025 ini, usia KMNU Unila memasuki 15 tahun. Sebuah fase matang bagi sebuah gerakan kemahasiswaan berbasis keagamaan yang tak hanya bertahan tetapi terus membentuk wajah baru santri mahasiswa terhadap perkembangan zaman yang semakin kompleks.
Kini, di usia ke-15 tahun, KMNU Unila telah menjelma menjadi promotor dan kekuatan kultural yang mengakar menjangkau lintas ruang di setiap sudut Kampus Unila. Tema "Konsisten Mengabdi, Terus Menginspirasi" menjadi pesan moral, bahwa KMNU Unila hari ini menjadi sebuah gerakan kultural mahasiswa NU yang tidak bisa dilepaskan dari ideologi ahlussunnah wal jama'ah Annahdliyah.
Sejak kelahirannya, KMNU Unila telah melalui perjalanan panjang penuh dinamika. Perubahan zaman, tantangan sosial, dan derasnya arus modernisasi menjadi bagian yang tidak bisa dihindari. Namun di tengah segala pergeseran, KMNU Unila hadir dengan gerakan adaptif dan konsisten pada arah perjuangan: menghimpun mahasiswa NU dan menguatkan paham Aswaja Annahdliyah serta mengembangkan potensi anggota sebagai insan yang ilmiah, edukatif, dan religius.
KMNU hadir bukan sebagai pelengkap gerakan mahasiswa, melainkan sebagai subjek ideologis yang memperjuangkan NU dari golongan intelektual yang berdiaspora di Unila.
Perjalanan lebih dari satu setengah dasawarsa bukan berarti tanpa tantangan dan hambatan. Ada pasang surut, namun juga capaian yang membanggakan. KMNU di Unila tentu hadir dengan identitas ganda: di satu sisi tetap teguh memegang nilai keislaman dan keindonesiaan, di sisi lain terbuka pada zaman yang terus berkembang.
Dalam rentan waktu 15 tahun, KMNU Unila terus membuktikan bahwa gerakan ini tidak bisa dipisahkan dari nilai keagamaan. Inilah yang menjadi landasan utama sekaligus sumber energi untuk bertahan menghadapi dinamika zaman. Sejak awal, KMNU diposisikan sebagai bagian integral dari proses perjuangan menegakkan Aswaja Annahdliyah.
Dari masa ke masa, kader KMNU terus meneguhkan diri sebagai subjek perubahan bukan sekadar mengikuti arus. KMNU Unila menjadi simbol bahwa mahasiswa NU mampu hadir sebagai subjek gerakan sekaligus aktor utama yang menentukan arah perjuangan NU dari akar rumput generasi muda.
Hingga saat ini, usia ke-15 tahun menegaskan bahwa KMNU Unila bukan sekadar ruang kaderisasi melainkan institusi perjuangan yang mengakar dari santri mahasiswa NU di Kampus Unila.
Gerakan mahasiswa NU yang tergabung dalam KMNU bukanlah sebuah gerakan instan, tapi buah dari proses panjang yang mengakar pada tradisi intelektual, spiritual, dan gerakan sosial.
Sejak awal pendiriannya, KMNU di Unila diletakkan sebagai rumah aman untuk bertumbuh bagi kader NU. Bukan hanya wadah bagi mahasiswa NU, melainkan juga sebagai ruang pembentukan karakter, penyemaian kepemimpinan, serta penguatan amaliyah Aswaja.
Di dalam KMNU Unila, kadernya dibiasakan untuk selalu istiqomah dalam menyebarkan dan melaksanakan paham Ahlussunnah Wal jama'ah, berdiskusi dan mengasah kemampuan intelektual.
Di Unila, denyut nadi perjuangan KMNU dirasakan sebagai energi yang terus hidup. Kadernya memperoleh ruang untuk mengembangkan kapasitas diri, merajut perjuangan solidaritas kekeluargaan, dan memperkokoh keyakinan bahwa perjuangan untuk NU tidak bisa terputus walaupun dari dunia akademik.
Gerakan KMNU di Unila dalam kenyataannya selalu berhadapan dengan tantangan yang berlapis. Mulai dari Harakah, Firqah, dan Amaliyah serta ideologi trans nasional yang tumbuh mengakar di kampus menjadi bukti bahwa jalan perjuangan masih panjang.
Kondisi tersebut menuntut kehadiran kader yang mempunyai kualitas serta kuantitas yang mumpuni untuk menjawab dan mengambil peran dalam lini strategis di setiap penjuru kampus.
KMNU harus menguatkan dalam mengisi peran strategis, bukan hanya dalam tataran edukasi internal kader, tapi juga dalam peningkatan softskill, hardskill, dan pemahaman peta antropologi kampus yang semakin kompleks.
KMNU Unila saat ini tidak boleh berhenti pada ruang spiritual, melainkan juga harus turut tampil mengambil peranan penting dalam setiap sektor. Diskusi antar kader, penguatan literasi, hingga pendistribusian kaderisasi merupakan langkah konkret yang harus dimulai dan dikembangkan.
Dilain sisi, tantangan zaman modern menghadirkan peluang sekaligus risiko. Para generasi muda khususnya mahasiswa semakin terhubung dengan teknologi, semakin terbuka akses pendidikan, dan semakin besar ruang berpartisipasi dalam media maya.
Namun, peluang tersebut juga menghadirkan ancaman baru berupa eksploitasi digital, sehingga dengan mudah para generasi muda terperangkap pada penyebaran hoaks dan konten keagamaan yang dapat menyesatkan. Oleh karena itu, peranan KMNU menjadi semakin signifikan untuk memastikan dan mengawal dengan proses kaderisasi yang berkelanjutan sehingga mampu menghadapi tantangan tersebut dengan cerdas, kritis, dibarengi dengan bekal ilmu pengetahuan.
Di momentum Harlah ke-15 KMNU Unila ini adalah waktu yang tepat untuk merefleksikan bahwa kekuatan sejati organisasi terletak pada kualitas kaderisasi. Tanpa pondasi kaderisasi yang kokoh, gerakan tidak akan mampu bertahan di tengah derasnya arus perubahan.
Begitupun sejak awal didirikannya, kaderisasi dalam KMNU bukan hanya kegiatan formal. Ia menjadi ruang penguatan nilai, norma, pengesahan intelektual dan pembentukan mental yang tangguh. Kader yang lahir dari proses ini akan membawa identitas khas: berakar pada nilai keislaman, berorientasi dan terbuka terhadap keberagaman.
Kaderisasi yang kuat menjauhkan gerakan dari simbolisme kosong. Ia harus terus berinovasi, menjawab kebutuhan generasi baru, tanpa kehilangan ruh perjuangan yang diwariskan para pendahulu.
Gerakan KMNU tidak bisa dilepaskan dari misinya dalam membangun peradaban yang inklusif. Artinya tidak melulu tentang pola lama yang terus diadopsi tanpa menimbang kebutuhan yang lebih mendesak.
Kader NU tentu mengenal kaidah, "Al-Muhafadhotu 'ala qodimis sholih, wa al-akhdzu bil jadidil ashlah". Ini menunjukkan bahwa KMNU Unila harus bisa mencoba cara baru tanpa menghilangkan sepenuhnya pola lama untuk merumuskan kaderisasi yang mampu menjawab tantangan zaman.
Kaderisasi harus diarahkan untuk melahirkan kader yang peka kondisi sosial, mumpuni dalam keilmuan, dan mempunyai kapasitas intelektual.
Banyak sejarah telah mencatat bahwa pencapaian besar lahir dari keberanian mengambil sikap. Di usia ke-15 KMNU Unila, keberanian tersebut perlahan telah nampak tetapi perlu adanya konsistensi untuk mengawal itu semua. Perlu diketahui, tantangan ke depan akan lebih kompleks.
Generasi baru membutuhkan ruang pengorganisasian yang lebih segar, metode kaderisasi yang adaptif, serta orientasi gerakan yang lebih terarah.
Bisakah kaidah"Al-Muhafadhotu 'ala qodimis sholih, wa al-akhdzu bil jadidil ashlah" dipahami sebagai mandat untuk memodernkan tanpa tercabut dari akar otoritas keilmuan?
Jika KMNU kembali ke " Qaul Qadim" tanpa membaca tantangan zaman, ia akan terperangkap dalam romantisme masa lalu. Begitupun jika tetap mengusahakan dan mengejar "Qaul Jadid" nya tanpa memperhatikan sanadnya, maka ia akan terjebak dalam logika modern yang kering dari ruh.
Usia ke-15 KMNU Unila ini bukan sekadar angka, tetapi simbol kematangan gerakan dalam merumuskan sebuah pola kaderisasi yang dibarengi dengan kebijakan yang mengimplementasikan ruh perjuangan. Gerakan ini adalah warisan kolektif dari lintas generasi yang harus terus dijaga, dirawat, dan diperbarui.
Kaderisasi yang dilakukan KMNU saat ini selalu menempatkan aspek keagamaan sebagai pondasi utama. Penguatan kapasitas kader melalui kajian, halaqoh, maupun pelatihan secara kolektif menjadi sarana membentuk karakter kader. Spirit keagamaan ditanamkan agar kader tidak kehilangan arah di tengah arus besar modernisasi.
Dari ruang ini akan lahir kader calon-calon pemimpin yang berotak London dan berhati Masjidil Haram. Akhirnya, perjalanan KMNU selama ini menjadi bukti nyata bahwa KMNU menjadi rumah perjuangan, rumah pembelajaran, dan kawah candradimuka bagi kader muda NU di lingkup Kampus Unila.
Di usia ke-15 tahun ini, harapan tertinggi adalah agar semangat progresif tetap menyala, kaderisasi terus diperkuat, dan diaspora kader diberi keluasan untuk berkontribusi nyata di berbagai sektor. Dengan prinsip ini, api perjuangan itu tak akan pernah padam, dan akan terus diwariskan ke generasi mendatang.
Hafidz Fatur Rahman

