"Saat ini medsos telah mempengaruhi masyarakat baik dengan konten positifnya maupun negatifnya. Banyak perpecahan khususnya dalam hal pandangan keagamaan disebabkan oleh informasi bermotif propaganda dan serangan dari kelompok yang tidak bertanggung jawab," kata Gus Nawir sapaan akrabnya, Jumat (11/5).
Kalau dulu kelompok radikal sering langsung menyerang dengan menyalahkan pandangan keagamaan organisasi lain, saat ini modusnya berganti yaitu dengan sering membenturkan para tokoh organisasinya dengan para jamaahnya melalui hoaks.
"Banyak ceramah atau video yang dipotong-potong sesuai keinginan mereka dan dibumbuhi dengan kalimat-kalimat yang memancing kebencian dengan harapan terjadi konflik di dalam sebuah organisasi target sasaran," terangnya.
Gus Nawir mengibaratkan hoaks seperti kayu diatas air. Semakin tinggi air tergenang semakin naik kayu terapung.
"Semakin banyak yang membagikan berita tanpa diteliti dulu kebenaran dan efeknya maka akan semakin muncul dan banyak mempengaruhi orang lain," katanya seraya mengingatkan untuk tidak dengan gampang membagi-bagi berita tak jelas sumbernya di medsos.
Akibat pengaruh medsos tambahnya, mulai terjadi jama'ah yang tidak paham ilmu agama terkait syarat dan rukun beribadah, ramai-ramai mengganti imam yang alim dan tawadhu karena bacaan Al-Qur'an imam tersebut tidak sefasih yang didengarkan di internet dan medsos. Jama'ah lebih memilih menggantinya dengan yang muda yang memiliki suara bagus walaupun tidak alim ilmu agamanya.
"Dilihat dari etika hal ini tidak pantas karena tidak menghormati yang tua dan alim. Jika ini terjadi maka jama'ah sudah mengarah kepada beragama dengan melihat cashing (luar) nya saja. Tidak mengedepankan nilai-nilai keilmuan dan kesantunan," ujarnya. (Muhammad Faizin)