REALITA KEBANGKITAN NASIONAL - KMNU-UNILA.Org : Menebar Dakwah Ahlussunnah Waljama'ah Annahdliyah

Tuesday, June 24, 2014

REALITA KEBANGKITAN NASIONAL



            Berawal dari Dr. Wahidin Soedirohoesodo yang merupakan pemuda tamatan STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) atau Sekolah Kedokteran Bumiputra, saat mengunjungi Jakarta dan bertemu dengan para mahasiswa STOVIA.
Ia melontarkan gagasan agar para mahasiswa segera mendirikan organisasi yang bertujuan memajukan derajat bangsa. Kemudian bersama Dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA seperti Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji mereka mendirikan Boedi Oetomo pada hari Minggu tanggal 20 Mei 1908.

Boedi Utomo merupakan wujud dari bangkitnya rasa semangat akan Persatuan dan Kesatuan juga tingginya Nasionalisme terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, kini setiap tanggal 20 Mei selalu diperingati dengan hari Kebangkitan Nasional.

            Kebangkitan Nasional merupakan sebuah momen untuk memperingati semangat para pahlawan yang telah membela Negara tercinta ini. Namun apakah hanya pada tanggal 20 Mei masyarakat Indonesia mengingat akan tingginyaa rasa semangat Persatuan dan Kesatuan serta Nasionalisme, tentunya tidak hanya satu hari saja. Harus setiap hari mengingat akan betapa sulitnya pahlawan – pahlawan pendahulu kita untuk menciptakan semangat Nasionalisme yang begitu tinggi agar senantiasa kita menghargai jerih payah mereka dan menjunjung tinggi Nasionalisme.

            Namun lihatlah realita yang terjadi banyak pemuda yang tidak mengerti akan makna Kebangkitan Nasional yang sesungguhnya. Tidak menghargai bagaimana jerih payah para pahlawan pendahulu kita yang telah mengorbankan segenap jiwa dan raga untuk membela tanah air tercinta ini. Melupakan sejarah yang telah memberikan kemerdekaan.

            Bung Karno pernah berkata “Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya sendiri”. Lantas bagaimana jika saat ini banyak pemuda yang notabene sebagai generasi penerus bangsa banyak yang melupakan sejarah bangsanya sendiri. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus – kasus kejahatan yang dilakukan oleh pemuda, seperti telah diberitakan oleh berbagai media televise dewasa ini.

            Berbagai masalah kejahatan yang yang dilakukan oleh para pemuda menjadi salah satu indikator bahwa Kebangkitan Nasional yang selalu dikumandangkan pada tanggal 20 Mei hanya sebatas seremonial semata. Peringatan upacara dan selesai begitu saja.

            Anies Baswedan, rektor Universitas Paramadina yang juga pendiri gerakan Indonesia Mengajar pernah mengatakan bahwa anak muda adalah kunci perubahan sebuah bangsa. Pandji Pragiwaksono, seorang aktivis yang juga stand-up comedian pernah pula berkata jika sebuah negara bobrok, maka jangan tanyakan siapa penyebabnya, tapi tanyakan apa yang diperbuat kalangan mudanya. Kedua pendapat ini menunjukkan bahwa pemuda adalah harta terbesar bagi sebuah bangsa. Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh pemuda bangsa itu sendiri.

            Namun apa jadinya jika pemuda negeri tercinta ini adalah biang dari kebobrokan yang terjadi. Untuk itu perlu adanya kebijakan – kebijakan dari Pemerintah baik daerah maupun pusat yang mendukung penuh terhadap segala bentuk kegiatan kepemudaan yang bersifat membangun. Tidak hanya itu juga, perlu adanya sosialisasi ataupun pelatihan – pelatihan yang bersifat membentuk pemuda yang memiliki jiwa kepemimpinan yang nantinya akan menjadi penggerak bagi pemuda lainnya.

            Dibidang pendidikan pun perlu adanya sebuah pembaruan yang menanamkan semangat cinta tanah air lewat agen – agen pendidik seperti guru, dosen, atau pembimbing belajar dengan cara  memberikan pengetahuan tentang sejarah bangsa, ideologi, tujuan, ataupun yang lainnya yang bersifat mananamkan rasa cinta terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.

            Sebagai pemuda baiknya belajar untuk menjadi pemuda yang berguna dengan cara banyak beribadah, mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa agar kita memiliki akhlak yang mulia.

            Tak lupa pula perbanyak membaca buku. Karena buku merupakan sebuah alternatif jendela untuk mengetahui perkembangan – perkembangan yang ada. Selain itu, buku juga memberikan segudang pengetahuan yang berguna bagi kehidupan bermasyarakat.

             Selain beribadah dan membaca buku, pemuda harus peka terhadap lingkungan disekitar dengan segala bentuk perubahan. Kepekaan tersebut akan membuat kita memiliki jiwa sosial yang tinggi.

            Apabila semuanya sudah dimiliki oleh pemuda, maka Kebangkitan Nasional hanya tinggal selangkah untuk mencapainya. Dan tidak hanya menjadi seremonial semata yang tiada arti setelahnya. Perubahan untuk Kebangkitan Nasional yang sesungguhnya harus dimulai dari yang kecil dahulu. Karena perubahan besar berawal dari perubahan yang kecil.

Oleh Erzal Syahreza Aswir

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda