Dalam pandangan H Saifullah Yusuf, sosok KH Abdul Wahab Chasbullah atau Mbah Wahab tidak akan pernah kering untuk digali. Wakil Gubernur Jawa Timur ini menandaskan, hingga kini tidak ada sosok yang bisa menandingi kiprah pahlawan nasional tersebut.
Pengakuan disampaikan Gus Ipul, sapaan akrabnya saat memberikan sambutan pada seminar nasional: Kepahlawanan Nasional KH A Wahab Chasbullah, sumbangsih terbesar putra terbaik Bahrul Ulum untuk bangsa dan negara. Kegiatan diselenggarakan di aula pesantren setempat, yakni Tambakberas Jombang Jawa Timur, Ahad (17/5).
"Diantara sumbangsih terbesar yang diberikan Mbah Wahab adalah kemampuannya dalam bernegosisasi dengan penguasa Saudi Arabia yang beraliran Wahabi," katanya di hadapan kiai pengasuh pesantren, dosen, guru dan mahasiswa yang hadir. Lewat Komite Hijaz, Mbah Wahab mampu meyakinkan penguasa saat itu, sehingga membawa tiga hasil yang sangat membanggakan, lanjutnya.
Secara rinci, Gus Ipul mengemukakan bahwa hal pertama yang berhasil diperjuangkan Mbah Wahab adalah tidak akan membongkar makam Rasulullah SAW. "Sehingga kalau kemudian sekarang kita bisa melihat dan berziarah ke makam baginda Nabi Muhammad, itu adalah buah dari kegigihan Mbah Wahab dalam meyakinkan penguasa Saudi saat itu," terangnya.
Padahal seperti diketahui, setelah kejatuhan kekuasaan Turki Ottoman, mayoritas situs bersejarah di Makkah dan Madinah diratakan dengan tanah. "Dari mulai kuburan para sahabat, rumah kelahiran rasulullah dan sebagainya telah dimusnahkan," ungkapnya.
"Hasil kedua yang cukup membanggakan adalah diberikannya keleluasaan bagi jamaah haji dan umrah untuk beribadah sesuai madzhab yang diyakini," terang salah seorang Ketua PBNU ini. Sehingga sampai sekarang, dapat disaksikan beragamnya madzhab yang ditunjukkan oleh para jamaah saat melaksanakan dua ibadah tersebut, lanjutnya.
Sedangkan keberhasilan ketiga dari lobi Komite Hijaz pimpinan Mbah Wahab adalah diluluskannya pelayanan haji dengan disesuaikan muassasah dari jamaah setempat. "Sehingga hingga kini para jamaah disesuaikan dengan muassasah kawasan setempat, baik itu kawasan Asia, Afrika dan sebagainya," ungkap Gus Ipul.
Dengan keterbatasan alat komunikasi, sulitnya memperoleh kendaraan, juga ongkos pergi pulang yang dikeluarkan selama melakukan perjalanan dan biaya selama berada di Makkah, tapi Mbah Wahab sukses mengemban amanah tersebut.
"Hal ini ditambah dengan kondisi penguasa baru saat itu dan tentunya berseberangan dengan misi Mbah Wahab," katanya. Hal inilah yang kerap dilupakan banyak kalangan serta tidak diungkap dalam sejarah, katanya menyayangkan.
Hal ini belum termasuk kiprah yang telah berhasil ditorehkan Mbah Wahab saat kepulangan dari belajar di sejumlah pesantren dan Saudi Arabia.
"Karenanya bangsa ini dan bahkan umat Islam di dunia sangat berhutang jasa kepada sosok Mbah Wahab," pungkas Gus Ipul.
Pengakuan disampaikan Gus Ipul, sapaan akrabnya saat memberikan sambutan pada seminar nasional: Kepahlawanan Nasional KH A Wahab Chasbullah, sumbangsih terbesar putra terbaik Bahrul Ulum untuk bangsa dan negara. Kegiatan diselenggarakan di aula pesantren setempat, yakni Tambakberas Jombang Jawa Timur, Ahad (17/5).
"Diantara sumbangsih terbesar yang diberikan Mbah Wahab adalah kemampuannya dalam bernegosisasi dengan penguasa Saudi Arabia yang beraliran Wahabi," katanya di hadapan kiai pengasuh pesantren, dosen, guru dan mahasiswa yang hadir. Lewat Komite Hijaz, Mbah Wahab mampu meyakinkan penguasa saat itu, sehingga membawa tiga hasil yang sangat membanggakan, lanjutnya.
Secara rinci, Gus Ipul mengemukakan bahwa hal pertama yang berhasil diperjuangkan Mbah Wahab adalah tidak akan membongkar makam Rasulullah SAW. "Sehingga kalau kemudian sekarang kita bisa melihat dan berziarah ke makam baginda Nabi Muhammad, itu adalah buah dari kegigihan Mbah Wahab dalam meyakinkan penguasa Saudi saat itu," terangnya.
Padahal seperti diketahui, setelah kejatuhan kekuasaan Turki Ottoman, mayoritas situs bersejarah di Makkah dan Madinah diratakan dengan tanah. "Dari mulai kuburan para sahabat, rumah kelahiran rasulullah dan sebagainya telah dimusnahkan," ungkapnya.
"Hasil kedua yang cukup membanggakan adalah diberikannya keleluasaan bagi jamaah haji dan umrah untuk beribadah sesuai madzhab yang diyakini," terang salah seorang Ketua PBNU ini. Sehingga sampai sekarang, dapat disaksikan beragamnya madzhab yang ditunjukkan oleh para jamaah saat melaksanakan dua ibadah tersebut, lanjutnya.
Sedangkan keberhasilan ketiga dari lobi Komite Hijaz pimpinan Mbah Wahab adalah diluluskannya pelayanan haji dengan disesuaikan muassasah dari jamaah setempat. "Sehingga hingga kini para jamaah disesuaikan dengan muassasah kawasan setempat, baik itu kawasan Asia, Afrika dan sebagainya," ungkap Gus Ipul.
Dengan keterbatasan alat komunikasi, sulitnya memperoleh kendaraan, juga ongkos pergi pulang yang dikeluarkan selama melakukan perjalanan dan biaya selama berada di Makkah, tapi Mbah Wahab sukses mengemban amanah tersebut.
"Hal ini ditambah dengan kondisi penguasa baru saat itu dan tentunya berseberangan dengan misi Mbah Wahab," katanya. Hal inilah yang kerap dilupakan banyak kalangan serta tidak diungkap dalam sejarah, katanya menyayangkan.
Hal ini belum termasuk kiprah yang telah berhasil ditorehkan Mbah Wahab saat kepulangan dari belajar di sejumlah pesantren dan Saudi Arabia.
"Karenanya bangsa ini dan bahkan umat Islam di dunia sangat berhutang jasa kepada sosok Mbah Wahab," pungkas Gus Ipul.