Membentengi Aqidah Ahlussunnah Waljama'ah - KMNU-UNILA.Org : Menebar Dakwah Ahlussunnah Waljama'ah Annahdliyah

Wednesday, October 28, 2015

Membentengi Aqidah Ahlussunnah Waljama'ah


Sesuatu yang paling berharga yang diberikan oleh Allah kepada seorang hamba adalah aqidah yang benar. Maka ilmu yang membahas tentang aqidah yang benar adalah ilmu yang amat penting dibandingkan ilmu-ilmu yang lainya. Dan diskusi-diskusi yang diadakan jika hal itu untuk membela dan menjaga aqidah yang benar maka itu adalah sebaik-baik diskusi. Saat ini kami  sungguh sangat berbahagia jika pada kesempatan ini kami para alim ulama untuk bersama-sama mendiskusikan aqidah dan bagaimana upaya kita untuk menjaga aqidah umat.  Kami yakini bahwa kita semua akan senantiasa dalam lindungan dan pertolongan Allah sesuai janji Allah, yang artinya :
“Dan mereka yang bersungguh-sungguh mencari kebenaran-Ku sungguh Aku akan memberi petunjuk kepada mereka”. (Q.S. Al-Ankabut : 69)
Menjaga aqidah umat adalah sebaik-baik hadiah yang diberikan oleh para ulama kepada mereka kapan dan dimanapun berada. Lebih-lebih disaat merebaknya fitnah-fitnah yang menggerogoti aqidah-aqidah seperti yang kita rasakan dan saksikan pada saat ini. Bahkan ada diantara kita yang sudah keropos aqidahnya namun ia tidak merasa tergerogoti. Umat islam adalah umat yang besar akan tetapi sering lengah dengan jumlah yang besar ini sehingga kadang-kadang kita kurang mencermati hal-hal yang disusupkan musuh-musuh Allah dalam tubuh umat Islam. Maka dalam kesempatan pertemuan ini kami ingin menghadirkan sekilas tentang aqidah yang benar untuk bisa menjadi bekal bagi kita di dalam menegakkan dan menjaga aqidah umat Islam dunia dan Indonesia khususnya yang Alhamdulillah dari generasi ke gernerasi mereka pada aqidah yang benar yaitu ahlu sunnah wal jamaah.
Pertolongan Pertama Di Zaman Fitnah Aqidah
Yang kami maksud pertolongan pertama dizaman fitnah aqidah ini adalah bagaimana kita menghadirkan hal terpenting  dan  mende-sak yang dibutuhkan oleh ummat dalam upaya membentengi aqidah yang benar.
Ada dua hal yang secara subtansi dan maknawi tidak terlalu penting akan teapi hal tersebut perlu diperhatikan lebih karena dari situlah kesesatan akan masuk. Dua hal tersebut yang pertama mengenal sebuah identitas dan yang kedua adalah mempertahankan manhaj talaqqi.
1.    Mengenal Sebuah Identitas
Di dalam kita berbicara untuk menjelaskan aqidah yang benar  sangat sulit kalau sean-dainya hanya dalam ceramah yang singkat atau dalam pertemuan yang sesaat. Akan tetapi dengan menyadari dan memahami sebuah iden-titas diri kebenaran aqidahnya bisa  dengan sangat mudah di jaga dan di kontrol agar seseorang  tidak terbawa masuk dalam kelompok aqidah yang salah atau sesat. Dan hal ini bisa kita saksikan dalam amaliyah-amaliyah di dalam keseharian mereka mulai dari tawasulan, tahlilan, membaca kitab maulid secara bersa-maan (Asroqolan Atau Marhabanan) yang sungguh itu semua adalah amaliyah yang benar dan telah menjadi ciri khas aqidah yang benar biarpun sebenarnya pembahasan aqidah yang lebih penting bukan di dalam amaliah-amaliyah tersebut.
Kalau kita cermati para ulama terdahulu dalam urusan aqidah dan amaliyah, mereka lebih mementingkan isi daripada kulit. Hingga terkadang seorang muslim awam ahlu sunnah wal jamaah dengan kualitas aqidahnya  yang sudah  benar  akan tetapi dia tidak mampu  un-tuk menjelaskan ahlu sunnah wal jamaah dengan  panjang dan lebar dengan pemaparan ilmiyah. Padahal sebetulnya penjabaran  makna aqidah ahlu sunnah wal jamaah secara panjang lebar sudah dihadirkan dan disosialikan oleh ulama-ulama terdahulu dengan metode yang sangat sederhana dan kemasyarakatan sehingga  sebuah aqidah sudah menyatu dengan kehidupan mereka.
Cara penjabaran dan pemaparan luas dan halus amatlah tepat pada masa disaat  fitnah aqidah belum banyak tersebar. Akan tetapi disaat fitnah aqidah merebak dimana-mana dan  pergeseran nilai aqidah mudah terjadi. Kita harus bisa mencermati sebab–sebab umat ini termakan fitnah. Kita bisa saksikan disaat munculnya ahli fitnah yang tidak henti-hentinya merendahkan dan mencaci aqidah ahli sunnah wal jamaah. Orang-orang awam pun diam karena tidak tahu kalau mereka sendiri yang dicaci karena mereka tidak mengenal identitas mereka sendiri.
Maka dari itu kami perlu mengenalkan sebuah identitas yang secara hakikatnya me-mang kurang penting sebab hal itu hanya berurusan dengan kulit dan bukan subtansi aqidah. Akan tetapi sebagai langkah pertama dalam membentengi aqidah dalam kondisi men-desak dan darurat  kami anggap mengenal iden-titas diri saat ini amat diperlukan yaitu disaat  merebaknya fitnah dan banyaknya pemalsu- pemalsu aqidah.
Sebab lain yang menjadikan mengenal identitas diri ini penting adalah karena banyak-nya orang yang memusuhi aqidah para ulama ahlu sunnah. Yang mereka pun yang meng-gemborkan syi’ar dan slogan ahlu sunnah wal jamaah  dan menamakan diri mereka ahlu sun-nah wal jamaah. Jadi pengenalan identitas ini disaat ini sangat penting untuk membedakan ahlu sunnah wal jamaah yang sesungguhnya dengan ahlu sunnah wal jamaah yang palsu.  Dan setelah itu kita akan mencoba satu demi satu untuk menjelaskan perbedaan antara ahlu sunnah wal jamaah yang palsu dan yang ahli sunnah yang sesungguhnya dengan kajian ilmiah di dalam pembahasan berikutnya.
Identitas yang kami maksud adalah:
  1. Islam
  2. Ahlu sunnah wal jamaah
  3. Asy’ariyah atau Maturidiyah.
  4. Shufiyyah
  5. Pengikut salah satu 4 madzhab
Seseorang yang beraqidah yang benar adalah seorang Muslim, Sunni, Asy’ari, Shufi dan Bermadhab.
Artinya di zaman fitnah ini tidak cukup seorang itu dikatakan aqidahnya benar jika dia  hanya menyebut dirinya sebagai seorang muslim saja.  Sebab Islam sekarang bermacam-macam dan alangkah banyaknya Islam yang dipalsukan oleh musuh-musuh Allah.
Oleh sebab dalam irama pembuktian kebenaran akidah seorang muslim harus dilan-jutkan  dengan ikrar bahwa dirinya adalah   muslim ahlu sunnah wal jamaah .
Dan dengan jawaban sebagai muslim ahlu sunnah wal jamaah saja ternyata belum cukup karena adanya pemalsu-pemalsu ahlu sunnah wal jamaah yang mereka adalah musuh-musuh ahlu sunnah wal jamaah. Maka dari itu harus dilanjutkan ikrar  bahwa dirinya adalah pengi-kut   ahlu sunnah wal jamaah Asy’ariyah.
Dan orang yang mengatakan dirinya seba-gai Asy’ariy atau pengikut Imam Abul Hasan Al Asy’ari ternyata belum cukup, sebab ada sekelompok orang yang sepertinya menga-gungkan Imam Abul Hasan Al Asy’ari ternyata mereka adalah musuh-musuh Abul Hasan Al Asy’ari. Dan pengikut Imam Abul Hasan yang benar adalah mereka yang berani mengatakan dirinya adakah pengikut para Ahli Tasawuf (shufiyyah) di dalam ilmu mendekatkan diri kepada Allah. Maka seorang Asy’ari yang benar haruslah dia berkeinginan untuk menjadi seorang shufi  dan  mencintai ahli Tasawuf .
Termasuk fitnah besar akhir-akhir ini dimunculkan adalah tuduhan sesat kepada ahli tasawwuf. Dan memang kita akui ada segelintir orang yang menodai citra tasawwu.Dan itu tergolong orang yang sesat mengaku bertasaw-wuf. Adapun tasawuf adalah ilmu untuk mem-bersihkan hati dalam irama mencari ridho Alloh.
Maka sangat sesat orang-orang yang memusuhi tasawwuf biarpun dia mengaku ahlu-sunnah dan biarpun juga mengakui Abul Hasan Al-Asy’ari.
Dan yang terakhir adalah identitas ahlu sun-nah wal jamaah di dalam masalah fiqih mereka adalah orang-orang yang mengikuti kepada Imam Madzhab yang empat Imam  Syafi’i, Imam Malik, Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad Bin Hambal. Dalam bahasa fiqh kita sering menyebut dengan istilah bertaqlid kepada salah satu dari imam 4 madhab.
Identitas terakhir ini juga sangat perlu dihadirkan sebab pada zaman akhir ini telah muncul orang yang mengaku ahlu sunnah wal jamaah akan tetapi dengan kesombongannya mereka merendahkan dan membenci taqlid bah-kan hingga sampai mencaci-maki dan meren-dahkan para ulama-ulama yang bertaqlid.  Maka  bertaqlid adalah termasuk ciri aqidah ahlusunnah wal jamaah yang benar.
Maka orang sesat adalah orang  yang me-ngaku Islam tetapi  bukan ahlissunah, mem-benci asy’ariyah,membenci tasawwuf dan tidak mau bermadhab.Ini adalah cara pintas untuk mengenali orang-orang yang beraqidah benar di tengah-tengah kesesatan ummat.
2.    Manhaj Talaqqi
Talaqqi adalah pengambilan ilmu  dengan memperhatikan kedisiplinan, kesinambungan, keilmuan antara guru dengan murid. Hal yang semacam ini sangat berarti dalam irama men-jaga dan mengkaji ahlu sunnah wal jamaah yang benar. Disini bukan berarti seseorang tidak boleh memperluas ilmu dengan cara membaca, akan tetapi disini lebih ditekankan kepada seseorang agar mempunyai dasar-dasar aqidah yang benar yang diambil dari guru yang jelas terlebih dahulu sebelum dia mengembara dengan akal pikirannya ke berbagai disiplin ilmu atau untuk menelaah pemikiran-pemikiran aqidah yang berbeda.
Dan pada dasarnya cara ini sudah mengakar dan membudaya di lingkungan pe-santren-pesantren salaf yang diasuh oleh para ulama dengan metode sorogan atau memindah ilmu dengan membaca kitab secara kalimat perkalimat dari awal hingga akhir. Seperti yang sangat kita sering dengar dengan pengenalan kitab-kitab aqidah, seperti Aqidatul awam, Jauharotut tauhid dan yang lainnya yang secara ilmiah terbukti itu adalah penjabaran dari aqidah ahlu sunnah wal jamaah. Maka menjaga mata rantai dan kesinambungan keilmuan seperti ini adalah sangat penting. Dan dalam pengamatan kenyataan di zaman ini kita tidak menemukan kesesatan kecuali disaat seseorang tersebut meninggalkan buku-buku aqidah para pendahulunya dan cara yang di anut oleh pendahulunya dalam mengambil lmu.
Ada 3 hal yang amat penting untuk kita cermati dalam masalah manhaj talaqqi terhadap kerusakan aqidah ahlu sunnah wal jamaah  .

  1. Dari awal pendidikan agamanya memang tidak dikenalkan dengan aqidah yang benar melalui kitab-kitab yang benar dengan manhaj talaqqi. Dalam hal ini bisa dibuktikan bahwa jika ada pesantren atau ada lembaga pendidikan yang tidak berpegang kepada manhaj talaqqi sudah tidak ada lagi maka yang terjadi adalah mudah  tercemar oleh aqidah yang sesat.
  2. Manhaj talaqqi masih di berlakukan akan tetapi itu hanya sekedar pembacaan rutin tanpa ditindaklanjuti kajian yang lebih dalam. Hal ini akan menjadikan seseorang akan mudah tercemar oleh aqidah-aqidah yang sesat karena disatu sisi mereka kurang mendalami aqidah yang mereka tekuni. Disisi lain virus kesesatan bertebaran melalui media-media yang saat ini menjadi lebih dekat kepada masyarakat seperti televisi, radio dan buletin-buletin yang semua itu lebih mudah dibaca dengan bahasa lokal yang mudah di fahami seiring berkem-bangnya dunia tehnologi. Semen-tara penyeru kesesatan pun sangat gigih dalam menyebarkan kesesatan.
  3. Semangat ingin tahu kepada agama yang tinggi yang tidak dibarengi dengan bim-bingan seorang guru dan hanya hanya mengandalkan kemampuannya dalam membaca buku-buku yang ditemukannya di toko-toko buku atau yang dibaca melalui internet. Hal yang semacam inilah yang kami cermati telah benar-benar menjadikan aqidah kita semakin hari semakit keropos.
 Kita bisa saksikan dengan para perusak aqidah telah dengan gigihnya membuat radio-radio, mencetak buku-buku murah dan gratis serta selebaran yang dibagi secara cuma-cuma
Sebagai contoh, di kebanyakan kota  kabu-paten  penyebar aqidah sesat itu berusaha untuk mempunyai radio karena mereka yakin dengan adanya radio mereka bisa mempengaruhi ma-syarakat luas yang sebenarnya dihati mereka ada kerinduan untuk mendalami ilmu agama. Dengan membuat stasiun radio ternyata tanpa kita sadari telah berpengaruh besar terhadap kesesatan.
Justru kita sebagai pembawa aqidah yang benar kita kurang berfikir maju untuk me-nguasai media informasi demi membendung arus penyesatan aqidah. Hubungannya dengan manhaj talaqqi  yang kami sebut adalah kita jangan memulai belajar aqidah kecuali dengan manhaj talaqqi. Dan kita harus berusaha agar  media-media yang ada dan juga toko-toko buku  bisa dipenuhi oleh orang-orang yang mem-punyai aqidah yang benar dan menekuni manhaj talaqqi. Dan jangan membaca buku aqidah kecuali atas petunjuk guru yang mem-punyai manhaj talaqqi.
Hakekat Ahlu Sunnah Wal Jamaah
Ahlu sunnah wal jamaah adalah manhaj beraqidah yang benar dengan dua ciri. Pertama  mereka sangat mencintai keluarga Nabi Muhammad SAW. Kedua, mereka juga sangat  mencintai sahabat Nabi Muhammad SAW.
Maka tidak cukup orang mengaku ber-agama Islam akan tetapi dengan mudah mereka mencaci para sahabat nabi Muhammad SAW. Dan yang keluar dari ahli sunnah waljamaah model ini diwakili oleh kelompok Syi’ah (Syi’ah Imamiyah Itsnata ’asyariyah) dengan ciri khas paling menonjol dari mereka adalah  mengagungkan ahlu bait Nabi Muhammad SAW akan  tetapi merendahkan para sahabat Nabi Muhammad SAW.
Begitu juga tidak cukup orang mengaku Islam akan tetapi dia merendahkan ahlu bait Nabi Muhammad SAW. Dan yang keluar dari ahli sunnah waljamaah model ini diwakili   mereka mempunyai ciri khas yaitu  yang tidak peduli dengan urusan ahlul bait nabi Muhammad SAW mencoba merendahkan sayyidina Ali bin abi Tholib biarpun di sisi lain mereka mengakui para sahabat nabi Muhammad SAW .
Ringkasnya ahlu sunnah wal jamaah adalah mereka yang memuliakan ahlu bait dan sekaligus mengagungkan para sahabat Nabi Muhammad SAW.
      Ada diantara orang-orang yang menga-ku mengagungkan dan memuliakan para saha-bat Nabi Muhammad SAW dan ahlu bait Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi mereka punya penafsiran-penafsiran tentang aqidah yang jauh dari kitab Allah dan sunnah Rasululloh SAW yaitu dari kaum jabariah dan qodariyah
Disaat seperti itu muncullah seorang yang dinobatkan sebagai Imam besar yang telah  berusaha untuk membersihkan aqidah ahlu sunnah wal jamaah yang benar dari unsur luar dan menjerumuskan. Dan muncullah cetusan-cetusan ilmu aqidah yang benar yang dari masa ke masa  dan menjadi pegangan umat Islam sedunia yaitu aqidah ahlu sunnah wal jamaah asy’ariyah.
Asy`ariyah adalah sebuah pergerakan pemikiran pemurnian aqidah yang dinisbatkan kepada  Imam Abul Hasan Al-Asy`ariy. Beliau lahir di Bashrah tahun 260 Hijriyah bertepatan dengan tahun 935 Masehi. Beliau wafat di Bashrah pada tahun 324 H / 975-6 M.
Imam Al-Asy`ari pernah belajar kepada ayah tiri beliau yang bernama  Al-Jubba`i, seorang tokoh  dan guru dari kalangan Mu`ta-zilah. Sehingga Al-Asy`ari  mula-mula men-jadi penganut Mu`tazilah, sampai tahun 300 H. Namun setelah beliau mendalami paham Mu`ta-zilah hingga berusia 40 tahun, terjadilah debat panjang antara beliu dengan gurunya, Al-Jubba`i dalam berbagai masalah. Debat itu membuatnya tidak puas dengan konsep Mu`ta-zilah dan beliau pun keluar dari paham itu dan  kembali kepada pemahanan AhliSunnah Wal-jamaah.
Imam Al-Asy`ari telah berhasil mengem-balikan pemahaman sesat kepada aqidah yang benar dengan kembali kepada apa  yang pernah di bangun oleh para salaf(ulama sebelumnya) dengan senantiasa memadukan antara  dalil nash (naql) dan  logika (`aql). Dengan itu belaiu berhasil melumpuhkan para pendukung Mu`ta-zilah yang selama ini menebar fitnah ditengah-tengah ummat  Ahlus Sunnah. Bisa dikatakan sejak berkembangya aliran Asy`ariyah inilah Mu`tazilah berhasil diruntuhkan.
Dan kaum Asya’iroh dari masa ke masa selalu mempunyai peran dalam membela aqidah yang benar aqidah ahlisunnah waljamaah.
Dan terbukti dalam sejarah perkembangan Islam ulama Asya’irohlah yang memenuhi penjuru dunia. Merekalah ahli sunnah yang sesungguhnya.
Adalagi pakar aqidah yang semasa dengan Imam  Abul Hasan  Asy’ari yaitu Imam Abu mansur Almaturidi. Secara umum tidak ada perbedaan diantara keduanya. Hanya karena yang tersebar di Indonesia maka kami sebut lebih sering Asy’ariyah.
Wallohu a’lam bishshowab
Sumber :www.buyayahya.org

 

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda