Kajian Kritik Sastra, Pendekatan Pragmatik Menggunakan Teori Responsi Pembaca pada Cerpen “Gus Jakfar” Karya K.H. Musthofa Bisri - KMNU-UNILA.Org : Menebar Dakwah Ahlussunnah Waljama'ah Annahdliyah

Saturday, September 10, 2022

Kajian Kritik Sastra, Pendekatan Pragmatik Menggunakan Teori Responsi Pembaca pada Cerpen “Gus Jakfar” Karya K.H. Musthofa Bisri


Kritik sastra sangat berkaitan dengan esai karena kritik merupakan bagian dari jenis esai (Jassin, 1991:95). Adapun esai merupakan karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya dan kritk sastra merupakan pertimbangan baik buruk terhadap karya sastra pada KBBI Daring ditinjau dari linguistik. Pertimbangan baik buruk tersebut merupakan bagian dari bentuk apresiasi sastra selain dari pada penghargaan terhadap karya sastra juga penilaian sebagai evaluasi dari karya sastra tersebut yang tak luput dari para penikmat sastra sebagai pendekatan pragmatik pada teori respon pembaca.

Salah satu karya sastra bentuk cerpen berjudul “Gus Jakfar” karya  K.H. Musthofa Bisri yang akrab dipanggil Gus Mus. Gus Mus merupakan pengasuh pesantren Raudhotut Tholibin yang dikenal sebagai penyair, pelukis, cerpenis, dan kolumnis.  Karyanya yang  berjudul “Gus Jakfar”  menarik perhatian kalangan santri sarungan sebagai peran utama dari teori respon pembaca menggunakan pendekatan pragmatik yang mengutamakan eksperesi pembaca. Cerpen tersebut dapat menarik perhatian para santri  karena tak dapat dipungkiri bahwa cerpen berjudul “Gus Jakfar” bergenre religi yang relevan dengan santrj yang berisi tentang perjalanan spiritual seorang anak kiai yang bermimpi diperintahakn ayahnya untuk menemui seorang kiai bernama Tawakal. Pada akhirnya, ia tak dapat mengalahkan egonya yang menuntun ia mencari kiai Tawakal hingga benar bersua. Hal yang tak disangka saat berjumpa ialah terdapat tulisan “Ahli Neraka” dengan jelas dan gamblang di dahi Kiai Tawakal dan Gus Jakfar  oleh Kiai Tawakal  mengunjungi warung remang-remang di malam hari padahal beliau adalah seorang kiai yang alim. Sungguh dialuar prediksi Gus Jakfar yang berniat untuk menimba ilmu dari Kiai Tawakal.

Setelah menyelesaikan perjalanan yang di luar nalar tersebut, Kiai Tawakal mengatakan bahwa  kau tidak perlu mencemaskan saya hanya karena kau melihat tanda "Ahli Neraka" di kening saya. Kau pun tidak perlu bersusah-payah mencari bukti yang menunjukkan bahwa aku memang pantas masuk neraka. Karena, pertama, apa yang kau lihat belum tentu merupakan hasil dari pandangan kalbumu yang bening. Kedua, kau kan tahu, sebagaimana neraka dan sorga, aku adalah milik Allah. Maka terserah kehendak-Nya, apakah Ia memasukkan diriku ke sorga atau neraka. Untuk memasukkan hamba-Nya ke sorga atau neraka, sebenarnyalah Ia tidak memerlukan alasan. Sebagai kiai, apakah kau berani menjamin amalmu pasti mengantarkanmu ke sorga kelak? Atau kau berani mengatakan bahwa orang-orang di warung yang tadi kau pandang sebelah mata itu pasti masuk neraka? Kita berbuat baik karena kita ingin dipandang baik oleh-Nya, kita ingin berdekat-dekat dengan-Nya, tapi kita tidak berhak menuntut balasan kebaikan kita. Mengapa? Karena kebaikan kita pun berasal dari-Nya. Bukankah begitu?'. Gus Jakfar hanya bisa menunduk.

Sementara Kiai Tawakkal terus berbicara sambil menepuk-nepuk punggung Gus Jakfar, “Kau harus lebih berhati-hati bila mendapat cobaan Allah berupa anugerah. Cobaan yang berupa anugerah tidak kalah gawatnya dibanding cobaan yang berupa penderitaan. Seperti mereka yang di warung tadi; kebanyakan mereka orang susah. Orang susah sulit kau bayangkan bersikap takabbur; ujub, atau sikap-sikap lain yang cenderung membesarkan diri sendiri. Berbeda dengan mereka yang mempunyai kemampuan dan kelebihan: godaan untuk takabbur dan sebagainya itu datang setiap saat. Apalagi bila kemampuan dan kelebihan itu diakui oleh banyak pihak.” Begitulah ilmu yang disampaikan oelh Kiai Tawakal kepada Gus Jakfar.

    Ekspresi pembaca merupakan unsur penting pada teori respo pembaca menggunakan pendekatan pragmatik. Adapun beberapa bukti ekspresi pembaca pada cerpen tersebut yang ditayangkan di kanal You Tube sebagai berikut.

@solikhanarof . 2 tahun lalu

Kebenaran  yang selalu ingin kita sampaikan, kebenaran yang ingin kita inginkan agar orang lain mengetahuinya belum tentu itu kebenaran yang hakiki. Mungkin itu hanyalah kebenaran dari hati kita yang kotor. Ampunilah kami Ya Allah...

@AgusendySiswanto . 4 tahun yang lalu

Mbah Gus Mus, apa yang panjenengan tulis dalam cerpen panjenengan, tentang orang-orang yang suka mengkafir-kafirkan sesama, sekarang benar-benar ada di sekitar kita.

@NurUdin . 1 tahun yang lalu

Pesan yang tersirat adalah kita tidak boleh bangga tlh melakukan kebaikan sebaliknya kt tdk boleh memandang remeh org yg kelihatannya all berbuat dosa..sebab hanya Allah-lah sejatinya yg tahu dan pemberi Rahmat terhadap hambanya...

Tak hanya latar belakang pembaca tapi juga pesan moral sangat diutamakan dalam pendekatan pragmatik. Adapun pesan moral yang dapat dijadikan teladan dari cerpen berjudul “Gus Jakfar” karya K.H. Musthofa Bisri sebagai evaluasi dari kritik sastra adalah tidak menyombongkan diri ketika diberi anugerah berupa kelebihan, tidak mudah berprasangka buruk terhadap orang lain yang secara kasat mata berperilaku rendah, dan hendaklah ikhlas ketika beramal atau beribadah kepada Allah dengan maksud tidak.tendensius terhadap imbalan materi duniawi, surga, atau takut neraka.


Nahdliyya Izzatul (Pendidikan & Sastra Indonesia 2020)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda