Krisis Identitas Rentan Terhadap Remaja Milenial: Pengaruh Media Sosial Menjadi Salah Satu Penyebabnya
Remaja milenial saat ini menghadapi tantangan yang unik, salah satunya adalah krisis identitas. Krisis identitas adalah ketidakpastian dan kebingungan yang dirasakan seseorang dalam memahami siapa mereka sebenarnya, apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka ingin dilihat oleh orang lain. Fenomena ini menjadi semakin kompleks dengan adanya media sosial yang merajai kehidupan remaja saat ini.
Media sosial, seperti Instagram, Facebook, dan Twitter, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja milenial. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengunggah foto, membagikan cerita, dan mencari pengakuan dari orang lain. Namun, di balik keasyikan itu, media sosial juga memiliki dampak negatif terhadap krisis identitas remaja milenial.
1. Media sosial menciptakan tekanan
untuk tampil sempurna.
Remaja milenial sering kali merasa perlu untuk menampilkan kehidupan yang sempurna dan tanpa cela di media sosial. Mereka merasa harus selalu tampil menarik, bahagia, dan sukses. Hal ini menciptakan tekanan yang besar untuk memenuhi standar yang tidak realistis, menghasilkan perasaan tidak puas dengan diri sendiri dan meragukan nilai diri mereka.
2. Media sosial memperkuat
perbandingan sosial.
Melalui media sosial, remaja milenial dapat dengan mudah melihat kehidupan orang lain dan membandingkannya dengan diri mereka sendiri. Ketika mereka melihat teman-teman mereka mengunggah foto-foto liburan mewah atau prestasi akademik yang gemilang, mereka cenderung merasa kurang berharga atau tidak sebanding. Perbandingan ini dapat merusak harga diri dan memberikan kontribusi pada krisis identitas.
3. Media sosial mempengaruhi
persepsi tentang diri sendiri.
Remaja milenial sering kali mengandalkan jumlah "likes" dan komentar positif di media sosial untuk merasa diakui dan dihargai. Mereka mungkin merasa rendah diri jika postingan mereka tidak mendapatkan respon yang cukup banyak atau jika mereka dibandingkan dengan remaja lain yang lebih populer di media sosial. Hal ini dapat mengaburkan persepsi mereka tentang nilai sebenarnya dan menciptakan krisis identitas yang lebih dalam.
Untuk mengatasi krisis identitas
yang rentan terhadap remaja milenial, penting untuk menyadari peran media
sosial dan mengambil langkah-langkah yang tepat. Diperlukannya peran dari
lingkungan dan utamanya bagi orang tua untuk membantu mengatasi krisis
identitas tersebut yang diantaranya sebagai berikut,
1. Perlunya mengedukasi remaja tentang dampak negatif media sosial dan mengajarkan mereka untuk tidak membandingkan diri mereka dengan orang lain.
2. Orang tua hendaknya untuk mendorong mereka untuk membangun kepercayaan diri yang sehat berdasarkan prestasi dan kualitas pribadi mereka, bukan sekadar pengakuan dari media sosial.
3. Perlu mengajarkan mereka untuk menggunakan media sosial dengan bijak, seperti membatasi waktu yang dihabiskan di platform tersebut dan fokus pada interaksi sosial yang nyata.
Adapun secara umum penyebab dari
adanya krisis identitas yaitu sebagai berikut,
1. Fase Perubahan Hidup
Remaja dan dewasa muda sering mengalami perubahan besar dalam kehidupan mereka, seperti transisi dari sekolah ke perguruan tinggi atau memasuki dunia kerja. Perubahan ini bisa memicu krisis identitas karena mereka harus menyesuaikan diri dengan peran dan tanggung jawab yang baru.
2. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan sosial, termasuk keluarga, teman sebaya, dan masyarakat, dapat memberikan tekanan dan harapan yang tinggi pada seseorang. Jika seseorang merasa sulit memenuhi harapan tersebut, bisa timbul krisis identitas.
3. Tekanan Budaya
Budaya modern sering menekan citra tubuh, kesuksesan, dan popularitas. Standar yang tidak realistis ini dapat membuat individu merasa tidak puas dengan diri mereka sendiri dan meremehkan identitas mereka.
4. Trauma atau Pengalaman Emosional
Pengalaman traumatis atau emosional,
seperti kehilangan orang yang dicintai, kegagalan, atau kelalaian, dapat
mempengaruhi perkembangan identitas seseorang dan memicu krisis identitas.
Adapun cara untuk mengatasi krisis
Identitas yaitu sebagai berikut:
1. Refleksi Diri
Melakukan refleksi diri untuk memahami nilai-nilai, minat, dan tujuan hidup anda. Bertanya pada diri sendiri siapa anda, apa yang anda inginkan, dan apa yang penting bagi anda.
2. Menerima Perubahan
Terima bahwa perubahan adalah bagian dari kehidupan dan bahwa identitas Anda dapat berkembang seiring berjalannya waktu. Jangan takut untuk mencoba hal-hal baru dan mengeksplorasi minat baru.
3. Mendapatkan Dukungan
Cari dukungan dari keluarga, teman, atau profesional yang dapat membantu anda dalam mengatasi krisis identitas. Bicarakan tentang perasaan dan pertanyaan anda, dan dengarkan perspektif dan saran mereka.
4. Membangun Keterampilan Diri
Keterampilan dan minat baru dapat membantu memperkuat identitas anda. Ambil bagian dalam kegiatan yang anda sukai dan yang membuat anda merasa berharga.
5. Jaga Kesehatan Mental dan
Emosional
Selain menjaga kesehatan fisik, memperhatikan kesehatan mental dan emosional anda juga sangat penting. Jika anda merasa suasana hati terlalu stres, cari bantuan dari profesional kesehatan mental untuk mendapatkan dukungan dan arahan yang tepat.
6. Menghindari Perbandingan Sosial
Jangan membandingkan diri Anda dengan orang lain. Fokuslah pada kekuatan dan prestasi pribadi Anda, dan ingatlah bahwa setiap individu memiliki perjalanan dan waktu yang berbeda-beda dalam menemukan identitas mereka.
7. Pendidikan tentang Identitas
Mempelajari tentang konsep identitas
dan bagaimana identitas berkembang seiring waktu. Pendidikan tentang identitas
dapat membantu Anda memahami bahwa krisis identitas adalah bagian normal dari
perkembangan manusia.
Krisis identitas adalah masalah yang serius bagi remaja milenial, dan media sosial memiliki peran besar dalam memperparahnya. Namun, dengan pemahaman yang baik tentang dampak media sosial dan dengan bimbingan yang tepat, remaja milenial dapat mengatasi krisis identitas dan membangun kepercayaan diri yang sehat.
Sedangkan, untuk mengatasi krisis
identitas juga membutuhkan waktu dan kesabaran. Penting untuk mengamati proses
ini dan memberikan diri sendiri waktu untuk menemukan jati diri yang sejati.
Jika perlu, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional yang dapat memberikan
panduan dan dukungan yang lebih spesifik.
Oleh : Anisa Rahma (Kader Penggerak KMNU)