Kritik sastra sangat berkaitan dengan esai karena
kritik merupakan bagian dari jenis esai (Jassin, 1991:95). Adapun esai
merupakan karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari
sudut pandang pribadi penulisnya dan kritk sastra merupakan pertimbangan baik
buruk terhadap karya sastra pada KBBI Daring ditinjau dari linguistik. Pertimbangan
baik buruk tersebut merupakan bagian dari bentuk apresiasi sastra selain dari
pada penghargaan terhadap karya sastra juga penilaian sebagai evaluasi dari
karya sastra tersebut yang tak luput dari para penikmat sastra sebagai
pendekatan pragmatik pada teori respon pembaca.
Salah satu karya sastra bentuk cerpen berjudul “Gus
Jakfar” karya K.H. Musthofa Bisri yang
akrab dipanggil Gus Mus. Gus Mus merupakan pengasuh pesantren Raudhotut
Tholibin yang dikenal sebagai penyair, pelukis, cerpenis, dan kolumnis. Karyanya yang
berjudul “Gus Jakfar” menarik
perhatian kalangan santri sarungan sebagai peran utama dari teori respon
pembaca menggunakan pendekatan pragmatik yang mengutamakan eksperesi pembaca.
Cerpen tersebut dapat menarik perhatian para santri karena tak dapat dipungkiri bahwa cerpen
berjudul “Gus Jakfar” bergenre religi yang relevan dengan santrj yang berisi tentang
perjalanan spiritual seorang anak kiai yang bermimpi diperintahakn ayahnya
untuk menemui seorang kiai bernama Tawakal. Pada akhirnya, ia tak dapat
mengalahkan egonya yang menuntun ia mencari kiai Tawakal hingga benar bersua.
Hal yang tak disangka saat berjumpa ialah terdapat tulisan “Ahli Neraka” dengan
jelas dan gamblang di dahi Kiai Tawakal dan Gus Jakfar oleh Kiai Tawakal mengunjungi warung remang-remang di malam
hari padahal beliau adalah seorang kiai yang alim. Sungguh dialuar prediksi Gus
Jakfar yang berniat untuk menimba ilmu dari Kiai Tawakal.
Setelah menyelesaikan perjalanan yang di luar nalar
tersebut, Kiai Tawakal mengatakan bahwa kau tidak perlu mencemaskan saya hanya karena
kau melihat tanda "Ahli Neraka" di kening saya. Kau pun tidak perlu
bersusah-payah mencari bukti yang menunjukkan bahwa aku memang pantas masuk
neraka. Karena, pertama, apa yang kau lihat belum tentu merupakan hasil dari
pandangan kalbumu yang bening. Kedua, kau kan tahu, sebagaimana neraka dan
sorga, aku adalah milik Allah. Maka terserah kehendak-Nya, apakah Ia memasukkan
diriku ke sorga atau neraka. Untuk memasukkan hamba-Nya ke sorga atau neraka,
sebenarnyalah Ia tidak memerlukan alasan. Sebagai kiai, apakah kau berani
menjamin amalmu pasti mengantarkanmu ke sorga kelak? Atau kau berani mengatakan
bahwa orang-orang di warung yang tadi kau pandang sebelah mata itu pasti masuk
neraka? Kita berbuat baik karena kita ingin dipandang baik oleh-Nya, kita ingin
berdekat-dekat dengan-Nya, tapi kita tidak berhak menuntut balasan kebaikan
kita. Mengapa? Karena kebaikan kita pun berasal dari-Nya. Bukankah begitu?'.
Gus Jakfar hanya bisa menunduk.
Sementara Kiai Tawakkal terus berbicara sambil
menepuk-nepuk punggung Gus Jakfar, “Kau harus lebih berhati-hati bila mendapat
cobaan Allah berupa anugerah. Cobaan yang berupa anugerah tidak kalah gawatnya
dibanding cobaan yang berupa penderitaan. Seperti mereka yang di warung tadi;
kebanyakan mereka orang susah. Orang susah sulit kau bayangkan bersikap
takabbur; ujub, atau sikap-sikap lain yang cenderung membesarkan diri sendiri.
Berbeda dengan mereka yang mempunyai kemampuan dan kelebihan: godaan untuk
takabbur dan sebagainya itu datang setiap saat. Apalagi bila kemampuan dan
kelebihan itu diakui oleh banyak pihak.” Begitulah ilmu yang disampaikan oelh
Kiai Tawakal kepada Gus Jakfar.
Ekspresi
pembaca merupakan unsur penting pada teori respo pembaca menggunakan pendekatan
pragmatik. Adapun beberapa bukti ekspresi pembaca pada cerpen tersebut yang
ditayangkan di kanal You Tube sebagai berikut.
@solikhanarof . 2 tahun
lalu
Kebenaran yang selalu ingin kita sampaikan, kebenaran
yang ingin kita inginkan agar orang lain mengetahuinya belum tentu itu
kebenaran yang hakiki. Mungkin itu hanyalah kebenaran dari hati kita yang
kotor. Ampunilah kami Ya Allah...
@AgusendySiswanto . 4
tahun yang lalu
Mbah Gus Mus, apa yang
panjenengan tulis dalam cerpen panjenengan, tentang orang-orang yang suka
mengkafir-kafirkan sesama, sekarang benar-benar ada di sekitar kita.
@NurUdin . 1 tahun yang
lalu
Pesan yang tersirat
adalah kita tidak boleh bangga tlh melakukan kebaikan sebaliknya kt tdk boleh
memandang remeh org yg kelihatannya all berbuat dosa..sebab hanya Allah-lah
sejatinya yg tahu dan pemberi Rahmat terhadap hambanya...
Tak hanya latar belakang pembaca tapi juga
pesan moral sangat diutamakan dalam pendekatan pragmatik. Adapun pesan moral
yang dapat dijadikan teladan dari cerpen berjudul “Gus Jakfar” karya K.H.
Musthofa Bisri sebagai evaluasi dari kritik sastra adalah tidak menyombongkan
diri ketika diberi anugerah berupa kelebihan, tidak mudah berprasangka buruk
terhadap orang lain yang secara kasat mata berperilaku rendah, dan hendaklah
ikhlas ketika beramal atau beribadah kepada Allah dengan maksud
tidak.tendensius terhadap imbalan materi duniawi, surga, atau takut neraka.
Nahdliyya Izzatul (Pendidikan & Sastra Indonesia 2020)